Tampilkan postingan dengan label Teknologi Pertanian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknologi Pertanian. Tampilkan semua postingan

08 November 2014

Kementerian Pertanian Terapkan Pertanian Terpadu

GampongRT - Kementerian Pertanian mulai menerapkan sistem pertanian terpadu yaitu bio-industri untuk mencapai kedaulatan pangan di Indonesia pada tahun ini.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim mengatakan revolusi hijau yang selama ini telah diterapkan pada sektor pertanian, tidak membuat petani menjadi mandiri. Pasalnya, para petani membeli bibit unggul, penggunaaan pestisida, pupuk, dan teknologi pertanian lainnya yang berasal dari perusahaan multinasional.

"Kami tidak mau para petani bergantung pada perusahaan besar dan multinasional. Bio industri, kami hidupkan lagi," ujarnya di Taman Maccini Sombala, Kamis (6/11).

Menurutnya, revolusi hijau yang selama ini diterapkan tidak mampu mengoptimalkan produktivitas lahan pertanian. Selama ini, revolusi hijau menyebabkan dampak besar yakni berkurangnya lapisan ozon yang menyebabkan tidak dapat memprediksi perubahan musim.

"Pupuk kimia itu buat ozon bolong-bolong sehingga Makassar yang semestinya masuk musim hujan, tetap musim kemarau," kata Hasanuddin.

Dia berharap para petani di Indonesia dapat menjadi petani yang mandiri, merdeka, sejahtera, dan mengerti tentang alam. "Kami mau para petani bisa buat pupuk sendiri. Saat ini ratusan merek pestisida yang dijual dan membuat tanah kita menjadi rusak karena keras. Mengenal alam itu penting," ucapnya.

Penerapan bio-industri di sektor pertanian ini dilakukan untuk mengurangi limbah dari peternakan maupun dari pangan. "Pada prinsipnya kami ingin menerapkan zero waste. Manfaatkan semua limbah yang ada," tuturnya.

Hasanuddin mencontohkan kotoran yang dihasilkan dari hewan seperti kelinci dapat dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman. Pupuk yang berasal dari kotoran hewan dapat memperbaiki unsur hara pada tanah yang tidak dimilki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa dijaga. Selain itu, pupuk yang berasal dari kotoran hewan mampu mengoptimalkan produktivitas tanaman.

"Kalau tanamannya panen dan bersisa bisa kita beri makan ke hewan, seperti contohnya wortel untuk kelinci, sama-sama menguntungkan. Ada siklus perputarannya di sini," terang Hasanuddin.

Seketaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono menuturkan untuk mencapai zero waste dalam sektor pertanian, pihaknya mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait alternatif energi biofuel maupun bio energi. Biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari pengolahan bahan-bahan hayati yang dapat diperoleh dari tumbuhan-tumbuhan, limbah agroindusri, kotoran (feces), dan bahan organik lainnya yang memiliki kandungan karbohidrat dan gula.

"Sumber energi saat ini bergantung dari fosil yang sudah mulai langka dan susah. Kita harus bergerak ke biofuel. Kita harus memperkenalkan enegeri alternatif ke rumah tangga agar tidak bergantung pada BBM," ujarnya.

Menurut Hari, biofuel maupun bioenergi menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di atmosfer. Tanaman yang memproduksi energi dapat mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, sedangkan bahan bakar fosil mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. "Kita manfaat kan sampah pangan yang tidak terpakai untuk alternatif energi," kata Hari.

Sumber: bisnis.com