Tampilkan postingan dengan label Khazanah Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khazanah Islam. Tampilkan semua postingan

24 September 2015

Menteri Desa Ajak Birokrat Implementasikan Nilai Sosial Ibadah Qurban

GampongRT - Melaksanakan sholat Idul Adha dilingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Menteri Marwan Jafar mengajak kepada semua birokrat untuk bisa memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai sosial ibadah Qurban yang dilakukan pada saat hari raya Idul Adha.

"Idul Adha mempunyai dua dimensi, Pertama adalah dimensi ritual-transendental. Di mana ritual qurban ini sebagai wujud penghambaan manusia dalam ekspresi syukur kepada Allah SWT. Dimensi kedua yaitu dimensi sosial yang tergambar dari komponen pembagian hasil penyembelihan hewan qurban kepada fakir miskin. Di sini ditujukan untuk menimbulkan nuansa egaliter dalam masyarakat," ujar Menteri Marwan saat berbincang santai kepada wartawan usai menyerahkan satu ekor sapi kepada panitia kurban, di Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (24/9).

Dimensi sosial dari qurban, menurut Menteri Marwan harus menjadi semangat para birokrat di lingkungan Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi untuk meningkatkan produktifitas kerja dan mengentaskan angka kemiskinan di perdesaan.

"Nilai-nilai Ibadah Qurban harus menjadi cambuk untuk meningkatkan produktifitas kerja demi mengentaskan kemiskinan yang masih banyak terjadi di perdesaan," imbuhnya.

Menteri Marwan menambahkan ibadah Qurban selain sebagai bentuk penghambaan kita kepada allah, juga harus ditindaklanjuti dengan peningkatan kualitas moral dan sosial (kesalehan sosial) para pequrbannya.

"Ibadah dalam bentuk ritual belumlah sempurna jika tanpa dibarengi ibadah dalam bentuk kepekaan dan kepedulian sosial. Jika kita dapat mengaktualisasikan kesalehan individual-personal melalui ibadah, menjadi suatu kesalehan sosial, maka kita bisa menjadi manusia yang mendatangkan rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam)," tandasnya. (Sumber: kemendesa).

Foto: ilustrasi penyembelihan qurban Idul Adha.

05 Agustus 2015

Baca Nih Para Suami, Mana yang Harus Diutamakan, Menafkahi Istri atau Ibu Kandungnya?

Assalamualaikum wr. Wb.

Ustad/ustdzah saya Iva, wanita dan sudah menikah. Saya bekerja dan memiliki anak 1 masih balita. Saya ingin bertanya, bagaimana islam memandang apabila dalam rumah tangga istri harus memenuhi kebutuhan sendiri & anak, dikarenakan suami harus membyar cicilan pinjaman di bank & memberikan nafkah ke ibunya, sedangkan ibu mertua mampu & msih dapat nafkah dari bapak mertua & dari kakak ipar setiap bulannya.


Suami takut ibunya marah jika tidak dikasih. Jadi suami tidak bisa menafkahi istri dan anak. Apakah dalam islam berdosa ustad/ustdzah ? Apakah islam memandang apabila tidak memberi nafkah ke ibunya, suami saya berdosa ? Apakah tidak bisa memberi nafkah istri dan anak termasuk mendzalimi istri & anak ? Mana yang harus didahulukan istri & anak atau ibunya? Sblm menikah saya seorang yatim & saya juga msih menjadi tulang punggung keluarga untuk menafkahi ibu saya dan adik saya sampai saat ini. Bagaimana islam memandang permasalahan ini, mhon jwabanya ustad/ustadzah. Sukron. Wassalam,

Jawaban
Assalamu alaikum wr.wb Alhamdulillahi Rabbil alamin. Washshalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbih ajmain. Amma ba'du:


Dalam Islam jelas bahwa seorang suami bertanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surat an-Nisa ayat 34 dan al-Baqarah 233. Meskipun kondisi isteri mampu, berkecukupan, bahkan kaya, kewajiban untuk memberikan nafkah keluarga tetap menjadi tanggung jawab suami, kecuali kalau isteri ridha dg keadaan yang ada. Namun jika tidak, dan suami tetap tidak mau memberikan nafkah kepada isteri dan anak, maka sang suami berdosa. Rasul saw bersabda, "Cukuplah seseorang mendapat dosa jika ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya."

Selanjutnya seorang suami memang dituntut untuk memberikan nafkah kepada isteri dan anak, serta kepada kedua orang tuanya jika mereka berada dalam kondisi membutuhkan dan kekurangan. Kalau suami bisa memenuhi kebutuhan mereka semua, maka wajib baginya untuk memenuhi.

Namun jika penghasilan atau hartanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan semua, maka harus ada prioritas. Yaitu yang harus didahulukan adalah isteri dan anak yang memang berada dalam tanggung jawab utamanya sebagai seorang suami. Hal ini berdasarkan sabda Rasul saw, "Mulailah dari dirimu dengan bersedekah (memberikan nafkah) untuknya. Lalu jika ada yang tersisa maka untuk keluargamu (isteri dan anakmu). Jika masih ada yang tersisa, maka untuk karib kerabatmu (orang tua, saudara dst), dan begitu seterusnya."

Imam an-Nawawi berkata, "Apabila pada seseorang berhimpun orang-orang membutuhkan dari mereka yang harus ia nafkahi, maka bila hartanya cukup untuk menafkahi semuanya, ia harus menafkahi semuanya, baik yang dekat maupun yang jauh. Namun apabila sesudah ia menafkahi dirinya, yang tersisa hanya nafkah untuk satu orang, maka ia wajib mendahulukan isteri daripada karib kerabatnya yang lain...(Raudhah ath-Thalibin).

Melihat pada kasus Anda, hendaknya suami mendahulukan yang menjadi kewajibannya, yaitu menafkahi isteri dan anak. Jika kondisinya benar-benar tidak mampu menafkahi ibunya, maka suami tidak berdosa karena Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya. Hanya saja, hal ini harus dibicarakan secara baik-baik disertai dg pemberian pemahaman. Kalau ibu masih tetap bersikeras untuk mendapat nafkah suami, sementara Anda sebagai isteri ridha demi untuk menjaga keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga, maka Anda mendapatkan pahala yang besar insya Allah. Namun jika tidak ridha, Anda berhak untuk menuntut suami. 

Semoga Allah memberikan keberkahan dan jalan keluar terbaik bagi Anda sekeluarga.
Wallahu a'lam.

Wassalamu'alaikum wr.wb.
Tim syariahonline.com | Sumber: 7kontroversi.blogspot.com

17 Juni 2015

Ramadhan, Bulan Semua Kita Diundang Menjadi Tamu Allah

Marhaban ya Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang kedatangannya paling dinantikan oleh setiap umat Muslim. Karena apabila bulan Ramadhan telah tiba, setiap umat muslim diwajibkan untuk berpuasa (shaum). 

Allah berfirman yang artinya; “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Al-Baqarah: 183).

Selain memerintah shaum, dalam menyambut menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah selalu memberikan beberapa nasehat dan pesan-pesan. Inilah 'azimat' Nabi tatkala memasuki Ramadhan!

“Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah." Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan olehNya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. 


Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathal mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. 

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murkaNya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmatNya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. 

Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”

“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”

“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”

“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”

“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”

“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Diulas dari rumahyatim/gampongRT

16 Juni 2015

Cara Rasulullah SAW dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Pelaksanaan awal puasa Ramadhan tahun 2015 sudah ditetapkan jatuh pada hari Kamis, 18 Juni (besok), dan akan berlangsung selama 29 hari hingga jatuhnya hari Raya Idul Fitri pada hari Jum'at, 17 Juli 2015.

Tidak ada perbedaan pandangan dalam penentukan awal Ramadhan pada tahun 2015 ini, sebagaimana yang kerap terjadi di Indonesia. Dimana hasil sidang isbat kemarin yang dihadiri oleh Menteri Agama beserta perwakilan dari setiap ormas Islam yang ada di Indonesia, yaitu Nadhlatul Ulama, ormas Islam Muhammadiyah, dan para ulama maupun ahli astronomi, sudah mengeluarkan pengumuman bahwa puasa Ramadhan pada tahun 2015, dimulai besok (Kamis, 18 Juni).

Marhaban ya Ramadhan, mari kita bergembira. Selamat datang bulang kesayangan Allah. Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh keberkahan dan keutamaan. Bila sudah tiba waktunya, setiap orang mukmin diwajibkan berpuasa, dan dianjurkan berlomba-lomba dalam meraih sebanyak-banyaknya kesempatan dalam berbuat kebajikan apapun bentuknya.
Cara Rasulullah SAW dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)

Bila kita menelusuri jejak Rasulullah saw dalam menyambut bulan suci Ramadhan, beliau selalu bergegas memenuhi panggilan kebaikan, seperti salat berjama’ah, salat sunnah, mengeluarkan sedekah, membaca al-Qur’an dan sebagainya. 

Rasulullah bersabda: “Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, dibelenggulah syetan dan jin, ditutuplah pintu-pintu mereka, dan dibukalah pintu-pintu surga, kemudian diserukan: wahai orang yang mendambakan kebaikan, datanglah!! dan wahai orang yang tak suka kebaikan, bermalaslah!! (artinya, engganlah memperbanyak amalmu). Dan sesungguhnya dalam bulan Ramadhan ini setiap malamnya Allah swt. membebaskan orang-orang yang dikehendaki-NYA dari api neraka. (HR: At-Tirmidzi)

Pada bulan Ramadhan Allah SWT akan melipatgandakan setiap amal perbuatan umatnya, baik yang fardlu maupun yang sunnah. Sebagaimana d
iriwayatkan oleh Salman, bahwa pada suatu hari di penghujung bulan Sya’ban Rasulullah saw bersabda yang artinya: 

“Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya."

Barang siapa yang mengerjakan satu kebajikan pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perintah kewajiban di bulan lain, dan siapa yang mengerjakan ibadah yang wajib, seakan-akan ia mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain. Begitulah pahala mengerjakan ibadah sunnah sama dengan pahala mengerjakan ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib akan dibalas tujuh puluh kali lipat pahalanya.

Beliau sangat pemurah dan sangat gemar bersedekah serta memberi makan orang yang berpuasa. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary ra., bahwa Rasulullah saw adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih pada bulan Ramadhan. 

Dalam sebuah riwayat dilukiskan bahwa beliau bagaikan hembusan angin yang lembut, membawa banyak karunia, menabur kegembiraan di hati orang mukmin. Diriwayatkan pula bahwa beliau sangat penderma, bahkan tidak pernah menolak permintaan apapun yang diajukan ke beliau. 

Banyak berdo’a, terutama ketika hendak berbuka puasa. Beliau bersabda: “Saat-saat berbuka adalah saat yang paling tepat dan mujarab bagi orang yang berpuasa untuk berdoa.” 

Dan doa yang selalu diucapkan ketika beliau berdoa adalah; “Ya Allah, hanya karenamu aku berpuasa, dan dengan rizkimu aku berbuka, telah hilang haus dan dahaka, maka tetap hauslah pahala bagiku, ya Allah!!”.

Selalu bertadarus (membaca al-Qur’an) pada s
etiap malam bulan Ramadhan. Karena pada setiap malam puasa Malaikat Jibril as, selalu datang menemui Rasulullah saw, dan bersama-sama membaca al-Qur’an, silih berganti. 

Hikmah tadarus Rasulullah di antaranya adalah untuk mengajarkan umatnya agar rajin membaca al-Qur’an atau tadarus, terutama di bulan suci Ramadhan itu, di setiap waktu, apalagi di malam hari, dan ketika mengerjakan salat malam (tahajjud).

Meningkatkan gairah ibadahnya terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk meraih ridha Allah, karena pada sepuluh haru terakhir Allah turunkan Lailatul Qadar. 


Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beribadah pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan harapan, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah ia lakukan.” Seperti kita ketahui, bahwa ibadah pada malam ini sama nilainya dengan kita beribadah seribu bulan lamanya. 

Doa yang paling afdhal (paling utama) diucapkan pada malam itu adalah: “Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Pemurah serta sangat suka memaafkan. Maka ampunilah kesalahan-kesalahan kami, ya Allah. "Allaahumma innaka ‘afuwwun kariim, tuhibbu al-‘afwa fa’fu ‘annaa yaa kariim."

Diriwayatkan pula: barang siapa yang shalat Maghrib dan Isya’ berjama’ah pada malam Lailatul Qadar itu, maka ia telah mendapatkan sebagian besar keutamaan malam Lailatul Qadar itu. 

Pada riwayat yang lain mengatakan, “Siapa yang salat Isya’ berjama’ah pada malam Lailatul Qadar itu, seakan-akan ia telah menghidupkan separoh malam tersebut, dan bila ia menunaikan salat Subuhnya, maka ia telah menyempurnakan seluruh malam Lailatur Qadar tersebut.

Itulah beberapa jejak Rasulullah saw, pada bulan Ramadhan, yang pada dasarnya beliau mengajarkan umatnya agar bersungguh-sungguh meraih kebaikan-kebaikan yang ada padanya, dengan berbuat keta’atan, kebaikan, ibadah, terutama ibadah-ibadah sosial, seperti menolong orang lain, meringankan beban hidup orang lain, menyantuni anak yatim dan orang-orang yang papa atau memberi makan orang yang akan berbuka puasa. 

Rasulullah mengajarkan umatnya agar menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan munkar, makruh, dan mubah, apalagi yang haram. Rasulullah memperingatkan kita semua dengan sabdanya: 

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan keji atau kotor (seperti berdusta, membicarakan orang lain atau mengadu domba), maka tidak ada artinya puasanya itu, kecuali ia hanya merasakan lapar dan dahaga saja." 

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis shawab.

Menunggu Penetapan Awal Ramadhan, Berikut Tips Menyambut Bulan Suci

Tidak terasa bulan Ramadhan segera tiba. Apabila penampakan bulan sabit terlihat hari ini, maka puasa Ramadhan akan jatuh pada hari Rabu besok, 17 Juni 2015.

Jika penampakan bulan sabit terlihat pada hari Rabu, maka puasa Ramadhan akan jatuh pada hari kamis tanggal 18 Juni 2016. Semua bergantung pada penampakan bulan sabit secara fisik kapan terjadi. Namun, sebagai masyarakat awam, "Admin akan menunggu hasil rukyatul hilal dan keputusan sidang isbat yang melibatkan para ahlinya."

Metodologi penentuan awal bulan Qamariah, baik untuk menandai permulaan Ramadhan, Syawal dan bulan lainnya harus didasarkan pada penglihatan bulan secara fisik (Rukyatul Hilal Bil Fi'ly). Sedangkan metode perhintungan astronomi (hisab) dipakai untuk membantu prosesi rukyat.

Jumhurul madzahib (Mayoritas imam madzhab selain madzhab Syafi'iyyah) berpendapat bahwa pemerintah sebagai ulil amri diperbolehkan menjadikan ru'yatul hilalsebagai dasar penetapan awal bulan Qamariah, khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.

Karena hemat admin, setiap tahun penetapan awal Ramadhan selalu ada perbedaan pendapat, antara yang menggunakan hisab dan rukyah dengan menggunakan melalui sidang itsbat.


Yang pasti apabila bulan Ramadhan telah tiba, setiap umat muslim diwajibkan untuk berpuasa (shaum). Allah berfirman yang artinya; “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Al-Baqarah: 183)

Sebagai rasa kegembiraan atas kehadirannya bulan suci Ramadhan pada tahun ini. Admin mau berbagi sebuah tips yang mungkin berguna bagi pembaca, khususnya bagi yang muslim dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.

1. Persiapan Iman

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, bulan suci dimana seharusnya kita meningkatkan amalan-amalan dibanding bulan di luar Ramadhan. 
Untuk itu kita perlu menyiapkan iman kita karena iman adalah ibarat energi yang menggerakan ibadah kita di bulan Ramadhan, tanpa iman yang kuat tentunya akan sulit buat kita untuk berpuasa seharian ditambah lagi melakukan ibadah sunah, seperti shalat tarawih pada malam harinya dan ibadah-ibadah sunah lainnya.

2. Persiapan Fisik

Sebelum menjalani puasa wajib dibulan Ramadhan, ada baiknya jika kita melakukan puasa-puasa sunah. Rasulullah SAW sebelum masuk bulan Ramadhan, biasanya beliau lebih meningkatkan lagi berpuasa sunah, dengan maksud agar pada saat kita memasuki bulan Ramadhan, fisik kita sudah terbiasa untuk berpuasa sehingga ketika pada saat bulan Ramadhan puasa kita menjadi puasa yang terbaik.

3. Persiapan Ilmu

Sebelum memasuki bulan Ramadhan, kita harus persiapkan pengetahuan kita tentang amalan-amalan yang akan kita lakukan di bulan Ramadhan, agar nantinya amalan-amalan yang kita lakukan menjadi amalan yang terbaik dan diterima Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus mengetahui hukum puasa, syarat-syarat puasa, rukun berpuasa, dan yang membatalkan puasa. Selengkapnya silahkan Anda baca diartikel Siapa yang Wajib Berpuasa Ramadhan.

4. Persiapkan Biaya

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana segala amalan kita dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT, bulan Ramadhan juga sering disebut sebagai bulan berbagi.


Nah, ada baiknya jika kita menyiapkan dana lebih untuk bersedekah misalnya, atau untuk berbagi makanan berbuka karena menurut Rasulullah SAW, barang siapa yang memberi makanan untuk berbuka pada orang yang berpuasa walau hanya sebiji kurma, maka diharamkan neraka baginya.

Mari kita jadikan bulan Ramadhan sebagai bulan pertaubatan kita. Isilah bulan Ramadhan dengan amalan-amalan terbaik. Jangan sia-siakan bulan yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah.

Jangan biarkan ia berlalu dengan percuma, jangan sampai di akhir Ramadhan kita menyesal dan menjadi orang yang merugi, tanpa ada peningkatan iman, tanpa ada peningkatan ketakwaan dan orang-orang yang merugi karena kita tidak termasuk orang-orang yang kembali ke fitrah atau suci kembali selepas Ramadhan.

Semoga bermanfaat, Marhaban ya Ramadhan, Mari Kita Bergembira.

13 Juni 2015

Adzan Seruan yang Suci, Siapa Bilang Mengganggu?

Dalam Islam, adzan dipandang sebagai suatu ibadah, dimana sang muazin (orang yang adzan) harus mengumandankan berdasarkan kaidah yang telah ditetapkan. 

Para ulama fiqih sepakat, apabila dalam melagukan dan mengiramakan adzan kedapatan menambah atau mengurangi huruf, baris, tanda panjang dan pendek, maka hukumnya makruh, dan apabila menyebabkan perubahan arti yang membuat keraguan, maka itu diharamkan. 

Perihal hukum adzan, memang para ulama berbeda pendapat dan pandangan, apakah "wajib atau sunnah muakkad?

Seperti perbedaan pendapat dalam bacaan, "ash shalatu khairum minan naum"(lebih baik shalat darada tidur) yang diucapkan dalam shalat shubuh. Sebagian ulama membolehkan untuk diucapkan. Sedangkan sebagian ulama yang lain termasuk Imam Syafi'i berpendapat; "Bahwa kalimat itu tidak termasuk adzan yang disunnahkan, melainkan diucapkan pada masa khalifah Umar bin Khattab ra."

Terlepas dari perbedaan pendapat dan pandangan para ulama fiqih yang termasyhur mengenai adzan, namun semua mereka sepakat tidak membolehkan dihapusnya keberadaan adzan sama sekali. 


Dari Ibnu Abdil Barr meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: "Andai kata seluruh penduduk suatu negara sepakat untuk tidak adzan, penguasa boleh memerangi mereka."

Makna yang terkandung dalam adzan begitu sangat sempurna. Kalimat-kalimatnya sangat suci yang bisa menjadi kekuatan besar untuk mempengaruhi jiwa-jiwa manusia yang tertidur. Dengan adzan, syaitan-syaitan yang mendengarkannya bisa kalang kabut.

Adzan merupakan pesan untuk persaudaraan bagi orang-orang Islam yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, agar mau melemburkan diri dalam satu identitas bersama sebagai umat yang baik, yang pandai mencegah perbuatan keji di dalam kehidupannya.

Kapan Adzan ditetapkan?

Adzan mulai ditetapkan di kota Madinah pada tahun kedua Hijriah. Ketika itu Rasulullah saw sedang memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang-orang Islam untuk mengerjakan shalat berjamaah di Masjid Madinah (Masjid Nabawai) yang telah lama dipergunakan.

Menurut historis, awalnya para sahabat menyarankan kepada Rasulullah untuk memancangkan bendera ketika waktu shalat telah tiba. Namun, saran itu tidak diterima oleh Beliau karena dirasa kurang mengena dan pas.

Kemudian ada saran untuk menggunakan terompet. Saran itupun tidak disukai oleh Rasulullah saw, karena alat itu sesuatu yang lazim dipakai oleh orang-orang Yahudi. Lalu ada yang menyarankan agar memakai lonceng (genta) saja. Saran inipun tidak diterima oleh Rasulullah saw, karena itu perbuatan yang sering dipakai orang-orang Nasrani.  

Kala itu ada seorang sabahat Nabi bernama Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbi, dalam kegaduhan hatinya itu ia pulang kerumah dan tertidur. Di tengah tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang mengajarkannya kalimat-kalimat adzan. 

Esok harinya ia buru-buru mendatangkan Rasulullah saw dan menceritakan perihal mimpinya itu. Mendengar mimpi sahabatnya, Rasulullah saw sangat gembira dan segera Beliau menyuruh Bilal bin Rabba untuk menyuarakannya. 

Berikut kalimat adzan:

Kalimat pertama: "Allahu Akbar" yang artinya "Maha Besar Allah."
Kaliamat suci ini merupakan salah satu dari 99 asma Allah swt. yang mengandung pengertian bahwa kemahabesaran-Nya atas segala sesuatu yang tidak tertandingi oleh sesuatu yang lain.

Kalimat kedua: "Ashadu ala Ilaha Illallah" yang artinya "Sesungguhnya aku bersaksi tida ada Tuhan selain Allah."

Kalimat suci ini disebut syahadat tauhid, yang memiliki pengertian bahwa Allah swt itu adalah Maha Esa dan wajib disembah dengan kepatuhan. Kalimat ini pegangan bagi hidup dan kehidupan seorang muslim sejati. Ketegasan mengenai kemurnian kemahaesaan Allah swt ini terdapat dalam Al-Quran dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4.

Kalimat ketiga: "Ashadu'ana Muhammadar Rasulullah" yang artinya "Sesungguhnya aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah".

Kalimat suci ini disebut sebagai syahadat Rasul, yang memiliki pengertian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah sesorang manusia yang diutus untuk menyampaikan wahyu-wahyu Allah kepada umat manusia, dan alam semesta. Kerasulan Muhammad saw harus diimami oleh setiap orang Islam.

Oleh karena itu, mengikuti apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw adalah kewajiban yang mutlak bagi tiap-tiap orang Islam. Rasulullah saw bersabda; "Jika benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Dia mengasihimu." (HR. Muslim).

Kalimat keempat: "Hayya ala'ash shalah" yang artinya "Marilah mendirikan shalat".

Kalimat ini merupakan kata kerja dalam bentuk ajakan, dimana tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Seruan adzan tertuju bagi sekalian orang Islam yang mendengar dan harus dipenuhi jika tidak ada uzur (halangan).

Kalimat kelima: "Hayya ala'al falah" yang artinya "Marilah menuju kemenangan."

Kalimat ini tertuju kepada tujuan dari shalat itu sendiri, yaitu agar serang muslim mampu mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar di dalam menjalani kehidupannya. Bentuk seruannya tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. 

Kalimat keenam: "Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu" yang artinya " Maha Besar Allah, Tiada Lain yang Disembah selain Allah."

Maksud pengulangan kalimat-kalimat ini untuk menegaskan dan menguatkan kemahabesaran dan kemahaesaan Allah swt, sekaligus juga menyempurnakan seruan itu agar diperhatikan oleh orang-orang yang berakal.

Dari semua kalimat yang terdapat dalam adzan sungguh sangat mulia dan menggugah setiap orang yang mendengarnya. 

Bukti keajaiban adzan menggugah hati

Tatiana, Gadis Slowakia terbuka hatinya setelah mendengar suara adzan saat ia berkunjung ke Kairo, Mesir (7 September 2008). Tatiana adalah salah satu umat Kristiani yang terpikat suara adzan, lalu memutuskan untuk menjadi seorang Muslimah.

“Ketika mendengar suara adzan, jujur saja, saya merasakan getaran-getaran aneh dalam hati. Ketika itu saya seakan terhipnotis dan tak mendengar suara lain kecuali suara yang berkumandang melalui menara masjid itu. Tak berapa lama saya pun bersyahadah,” akunya.

Kemudian salah satu astronom, yang mau meneliti bulan, berhenti sejenak karena dia mendengar suara azan dari bulan, padahal azan tersebut dikumandangkan dari bumi, bayangkan betapa dahsyatnya azan.

Dalam satu hadist Qudsi, Allah berfirman: "Sesungguhnya hampir saja Aku menurunkan siksa-Ku kepada penduduk bumi. Tetapi ketika Ku lihat orang-orang meramaikan masjid-masjid, orang-orang saling mencintai karena-Ku, dan orang-orang senantiasa beristiqfar di waktu sahur, maka Aku palingkan siksa-Ku dari mereka." (HR: Imam Baihaqi).

Maka aneh, jika adzan dibilang pengganggu, dan membuat bising orang yang malas bangun pagi. Seharusnya umat Islam Indonesia bangga, karena agama Islam mengajarkan kedisiplinan. Wacana pengaturan pengeras suara adzan di masjid, terlalu mengada-ngada.! Adzan seruan yang sangat suci, kenapa harus diatur-atur.

Hasil penelusuran selain di Indonesia, beberapa negara yang pernah mengeluarkan kebijakan pengaturan pengeras suara adzan, antara lain sebagai berikut:

Wacana untuk melakukan penyeragaman adzan, pernah digulirkan Pemerintah Mesir yang hendak menerapkan kebijakan baru aturan adzan di Kota Kairo, pada 2007.

Di selatan benua Afrika, misalnya. Mahkamah Agung Mauritius memerintahkan otoritas kota Quatre-Bornes agar melarang Masjid Hidayat Al-Islam menggunakan pengeras suara saat mengumandangkan adzan. Yang menarik, protes atas larangan itu, bukan hanya dilakukan warga Muslim, tapi juga non Muslim.

Di selatan benua Afrika, misalnya. Mahkamah Agung Mauritius memerintahkan otoritas kota Quatre-Bornes agar melarang Masjid Hidayat Al-Islam menggunakan pengeras suara saat mengumandangkan adzan. Yang menarik, protes atas larangan itu, bukan hanya dilakukan warga Muslim, tapi juga non Muslim.

Di Azerbaijan, negeri yang mayoritas berpenduduk Muslim, juga mengeluarkan larangan adzan dengan pengeras suara (23/5/2007). 

Kemudian di Maroko, seorang menteri Partai Sosialis Progresif, Nouzha Skalli mengusulkan larangan adzan Subuh dengan dalih agar tidak mengganggu turis. Di Eropa, SVP — parlemen Swiss (Partai Rakyat Swiss) bersama Partai Kristen ultra konservatif, sejak 2008, gencar mengkampanyekan anti-menara masjid.

Jauh sebelumnya, tahun 1930 dan 1940-an, Turki pernah menerapkan larangan adzan dan mengganti seruan adzan dari bahasa Arab kedalam bahasa Turki, bahkan mengubah masjid menjadi museum.

Larangan menggunakan pengeras suara saat adzan juga terjadi di India. Penggunaan pengeras suara di masjid-masjid dianggap ilegal. [hidayah-admin]

Bulan Ramadhan, Bulan Menguji Kesabaran

Marhaban ya Ramadhan. Apabila bulan Ramadhan tiba pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelengu/diikat oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda; ”Bulan yang paling mulia adalah bulan Ramadhan”. (Baca: Marhaban ya Ramadhan, Mari Kita Bergembira).

Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan sabar, karena setiap orang akan diuji kesabaranya, mereka dituntut untuk meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan apa-apa yang disenanginya, termasuk makan minum, amarah, korupsi, dan syahwat. 

Semua ujian itu dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT. Sebagai bulan yang paling mulia, maka bersiaplah untuk mengikuti ujian kesabaran di bulan suci Ramadhan, dengan melaksanakan ibadah dan meninggalkan larangan Allah. 

Ramadhan bulan penuh rahmat. Siapa saja beribadah di bulan suci ini, Allah akan melipat-gandakan pahala hamba-hambanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya; ”Bagi Allah didalam bulan Ramadhan pada setiap hari, setiap malam Allah memerdekakan hamba-hambanya”.

Maka sempatasnya kita bergembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, dengan mempersiapkan mental, kesehatan dan harta dalam rangka menyongsong dan mengisi kegiatan dibulan Ramadhan. (Baca: Siapa yang Wajib berpuasa Ramadhan).

11 Juni 2015

Siapa yang Wajib berpuasa Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang kedatangannya paling dinantikan oleh setiap umat Muslim, karena didalamnya terdapat keangungan dan kemulian serta amal shalih dilipatgandakan.

Bulan Ramadhan salah satu rukun Islam yang kelima. Marhaban ya Ramadhan, marilah kita bergembira.

Untuk memantapkan aktifitas beribadah, dengan harapan agar puasa kita diterima Allah, maka wajib bagi kita untuk memahami hukum, syarat sah berpuasa, rukun berpuasa, dan lain sebagainya yang terkait dengan pelaksanaan ibadah puasa.
Hukum berpuasa Ramadhan adalah fardu ‘ain atas tiap-tiap mukallaf (baliq dan berakal). Syarat wajib puasa, yakni berakal dan baliq serta sudah berumur 15 tahun keatas, dan kuat untuk berpuasa.

Syarat sah puasa; Islam, mumayyiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik), suci dari darah haidh (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan), berpuasa pada waktu yang dibolehkan dan dilarang berpuasa pada dua hari raya dan hari Tasyriq (tanggal 11-12-13 bulan Haji).

Fardu (rukun) puasa; niat pada malam hari (pada tiap-tiap malam) sebelum terbit terbit fajar. Kemudian menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Sedangan yang membatalkan puasa; makan dan minum, muntah yang disegaja, bersetubuh (di siang hari bulan Ramadhan), keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sehabis melahirkan), gila, dan keluar mani dengan segaja (baik bersetubuh dengan perempuan sah atau cara lainnya).

Siapa Yang Wajib Berpuasa

Puasa itu diwajibkan atas setiap mukmin yang aqil baligh, muqim yang mampu dan wanita yang tidak terhalang seperti haidh dan nifas.

Tanda baligh dapat diketahui dengan salah satu dari tiga ciri, yaitu keluar mani (sperma atau ovum) karena mimpi atau lainnya, tumbuhnya rambut pada seputar kemaluan dan berumur genap 15 tahun.

Sedangkan pada wanita sudah terjadi menstruasi (haidh), apabila wanita tersebut sudah haidh maka wajib berpuasa sekalipun di bawah umur 10 tahun.

Apabila seorang kafir masuk Islam atau seorang anak menjadi baligh, atau orang yang gila sadar kembali disiang hari Ramadhan, maka ia wajib menahan diri (dari makan dan minum) sepanjang sisa hari itu.


Karena mereka telah menjadi orang-orang yang berkewajiban melakukan puasa, dan mereka tidak berkewajiban untuk menggati hari-hari sebelumnnya. Karena sebelumnya mereka itu belum menjadi orang yang berkewajiban berpuasa. Semoga bermanfaat, Wallahu a’lam.