Tampilkan postingan dengan label Info Perkebunan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info Perkebunan. Tampilkan semua postingan

25 Oktober 2014

Potensi Budidaya Gaharu di Aceh

Sebelumnya kami sudah mengulas secara lengkap tentang potensi budidaya pinang di Aceh, baik secara dengan penanaman secara tradisional, semi intensif maupun budidaya pinang secara intensif.

Pada kesempatan kali ini kita akan mengulas seputar potensi Kayu Gaharu. Tanaman gaharu kalau di daerah Aceh, mayoritas masyarakat menyebutnya dengan nama kaye Alen.
Apa itu Gaharu...? Gaharu adalah tanaman kehutanan golongan Aquilaria malaccensis. Awal mulanya kayu gaharu tumbuh liar di hutan-hutan berbukit. Indonesia adalah eksportir utama produk gaharu terbesar di dunia. Produksi terbesar kayu gaharu di Indonesia berada di wilayah Papua, Kalimatan dan Pulau Sumatera .

Gaharu termasuk dalam tanaman hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Karena tanaman gaharu dapat memproduksi gubal atau “krak” beraroma harum yang mengandung damar wangi (aromatic resin) yang diakibatkan oleh serangan jamur. Krak/gubal gaharu tergolong dalam komoditi elit yang bermanfaat untuk keperluan industri parfum, kosmetik, tasbih dan obat-obatan.

Di Provinsi Aceh, kayu gaharu bernama kaye alen. Pada era 80-an keberadaan pohon kayu gaharu banyak terdapat dihutan-hutan Aceh. Sekarang keberadaan pohon ini semakin langka, sudah banyak yang ditebang untuk diambil gubal atau kraknya. Langkanya kayu alen juga dipengaruhi oleh maraknya penebangan liar atau illegal loging seluruh wilayah hutan di Aceh.

Pohon gaharu atau kayu alen yang sudah mengandung gubal (krak) biasanya ditandai dengan adanya ranting atau cabang yang patah, daun pohon banyak yang sudah rontok, dan kulit pohon alen terputus-putus bila ditarik.

Kenapa masyarakat memburu gaharu atau “kayu alen”? Karena permintaan pasar gaharu dunia yang tinggi dan nilai ekonomi yang diperoleh juga sangat mengiurkan, sehingga banyak orang memburu kayu gaharu untuk diambil gubal atau kraknya.

Sekarang sudah ada inovasi dibidang budidaya gaharu "kayu alen" dan sudah mulai berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Dimana pembentukan gubal gaharu dapat di rekayasa dengan teknik inokulasi/induksi mengunakan cairan inokulan.

Teknik ini akan sangat efektif untuk mempercepat proses pembentukan gaharu dibanding dengan menunggu hasil pembentukan dari alam. Untuk gaharu budidaya, anda bisa mulai melakukan inokulasi kira-kira saat usia tanaman sudah berumur 3-4 tahun. Tergantung kondisi pertumbuhan batang seperti apa dan juga dengan melihat tingkat kesuburan pada tanah. Meskipun terkadang ada beberapa pohon gaharu yang berusia tiga tahun ternyata kondisi kelayakan batang untuk di inokulasi lebih baik dibanding gaharu yang berusia empat tahun.

Potensi Budidaya Gaharu di Aceh


Gaharu adalah merupakan sejenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan hutan hujan tropika, terutama di tanah rendah atau pegunungan hingga ketinggian 270 meter dari laut dengan besar yang mencapai ketinggian hingga 40 meter. Diameter batangnya bisa mencapai sekitar 60 cm. 

Kualitas gaharu ditentukan oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya, maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula sebaliknya. Secara umum gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar yaitu gubal, kemedangan, dan abu.

Budidaya Gaharu atau kayu alen di Provinsi Aceh memiliki prospek yang sangat baik karena memiliki kesuburan tanah yang cocok dan iklim yang mendukung. 
Berikut beberapa jenis gaharu Indonesia yang tergolong dalam 6 jenis Aquilaria spp :

Aquilaria malaccensis
Banyak ditemukan di Sumatera (Sibolangit, Riau, Aceh, Bangka dan Palembang) dan Kalimantan. Jenis ini merupakan penghasil gaharu yang memiliki kualitas paling baik. Pohonnya besar, dengan tinggi mencapai 40 m dan diameter 60 cm. Daun berseling, elips, dengan urat daun bagian bawah halus. Bunga berukuran 5-6 mm berupa tabung. Buah bundar gepeng berkulit tebal.

Aquilaria beccariana
Umumnya terdapat di Kalimantan tetapi terdapat juga di Sumatera. Tinggi pohon 40 m dengan diameter 60 cm. Daun bundar telur elips melebar. Bunga berupa tabung berukuran 1 cm. Buah berupa gelendong menyempit pada kedua ujungnya.

Aquilaria microcarpa
Tersebar di Sumatera (Palembang, Riau, Bangka, Aceh dan Belitung) dan Kalimantan.Tinggi Pohon 40 m dengan diameter 80 cm. Buah bulat lonjong berukuran 1 cm.

Aquilaria hirta
Penyebarannya di Kepulauan Riau. Jenis pohon ini kecil dengan tinggi hingga 15 m dan diameter 17 cm.

Aquilaria filaria
Umumnya dijumpai di wilayah Indonesia bagian Timur (Maluku dan Papua). Pohonnya berukuran sedang dengan ketinggian hingga 17 m dan diameter 50 cm.

Aquilaria cumingiana
Penyebarannya di Kalimantan Tengah dan Maluku. Pohonnya kecil dengan ketinggian hingga 5 m. Belum diketahui apakah jenis ini dapat menghasilkan gaharu. Pemanfaatannya sebagi obat malaria dan menghentikan pendarahan.

Bagi masyarakat Aceh yang berminat untuk membudidaya pohon gaharu atau kayu alen, jangan lewatkan Teknik Budidaya Pohon Gahayu yang kami rangkul secara sederhana pada posting selanjutnya.

Diolah dari berbagai sumber referensi.

24 Oktober 2014

Tipe-Tipe Lahan Penanaman Pinang

Budidaya Pinang - Sebelumnya kita sudah membahas banyak tentang pedoman penanaman pinang. Mulai dari cara budidaya pinang secara intensif, pembibitan benih pinang yang baik, jenis-jenis hama-hama penyerang pinang, penyakit tanaman pinang, teknit pengiringan dan pengupasan biji pinang, serta proses penanganan hasil pinang yang baik. 
Tipe lahan yang cocok untuk budidaya pinang
Bibit Pinang Unggul/Foto: Areca Ristu
Namun ada satu langkah yang tertinggal dalam proses budidaya pinang yang belum kita bahas, yaitu tipe lahan yang cocok untuk budidaya pinang. 

Berikut 4 tipe lahan yang dapat ditanami tanaman pinang yang perlu Anda ketahui:

1. Lahan Semak Belukar



Lahan semak belukar dapat diartikan lahan yang sudah pernah bersihkan baik oleh petani karena tidak dilanjutkan, kemudian ditumbuhi oleh kayu-kayu kecil yang rendah.

Pada lahan semak belukar biasanya didominasi oleh pohon berkayu kecil atau pohon lain yang dianggap tidak berguna. Untuk membersihkan gulma pada lahan ini dapat menggunakan herbisida. Herbisida yang dapat digunakan, seperti Pelithapon, Dalapon, Round-Up, Gramoxone S, Para-Col, Spak, Dual, Ronstar, Polaris, Basta, dan Dawpon.

2. Lahan Pekarangan

Lahan pekarangan umumnya ditanami beragam jenis tanaman baik tanaman yang produktif maupun tanaman yang tidak produktif. Untuk tanaman yang tidak produktif perlu di ganti dengan tanaman produktif. Tanaman yang tidak produktif disingkirkan dan dengan cara di tebang dan gulma yang tumbuh perlu di cabut.

3. Lahan Tidur

Lahan tidur adalah lahan yang peruntukannya belum direncanakan, untuk lahan yang belum atau sudah pernah di tanami namun gagal sehingga ditinggalkan dan dibiarkan sehingga tumbuh gulma atau pohon yang tidak diinginkan tumbuh. Lahan tidur inipun cocok untuk ditanami pinang dengan terlebih dahulu dibersihkan. Bila lahan sering tergenang air, perlu dibuatkan saluran drainase.

4. Lahan Pertanaman Kelapa

Penanaman di lahan pertanaman kelapa (pinang sebagai tanaman sela) dapat dilakukan pada lahan pertanaman kelapa yang memiliki jarak tanam 9 x 9 meter segi empat. Tanaman pinang dapat ditanam diantara dua baris tanaman kelapa dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter segi empat.

Penentuan lahan dan pembukaan lahan adalah hal yang sangat penting dalam memulai usaha apapu, termasuk dalam usaha perkebunan pinang. 

Agar usaha budidaya pinang berjalan sukses, sangat dianjurkan untuk membuat analis usaha. Bagi yang berminat berivestasi disektor perkebunan, terutama pinang Anda dapat membaca Cara Budidya Pinang Secara Intensif

12 Oktober 2014

3 Teknik Penyiangan Gulma pada Tanaman Pinang

Budidaya Pinang - Sebagaimana tanaman perkebunan lainnya, tanaman pinang tak bisa luput dari berbagai serangan hama dan penyakit. Banyak teknik yang bisa dilakukan untuk penanganan hama pada tanaman pinang.
Bibit Pinang Unggul/Foto: Areca Ristu
Salah satu cara atau teknik yang sering dilakukan dalam penyiangan gulma pada tanaman pinang yaitu melalui proses penyiangan. Tujuan penyiangan agar tanaman pinang terbebas dari gangguan gulma dan penyakit.

Cara yang sering digunakan oleh para petani dalam budidaya pinang intensif  maupun penanaman pohon pinang secara tradisional, yaitu dengan membuat piringan di lingkaran batang pohon pinang. 


Berikut 3 teknik penyiangan gulma pada tanaman pinang.

a. Strip Weeding


Strip weeding artinya membersihkan gulma di sepanjang barisan tanaman hingga bersih. Lebar dibersihkan cukup 1 m secara memanjang sesuai barisan tanaman. Alat digunakan cangkul, tajak, sabit. Penanganan gulma pada tanaman pinang dapat juga diberantas dengan penggunaan bahan kimia. Biasanya, penanganan secara kimia dilakukan hingga lima kali setahun secara berulang-ulang. Sedangkan pinang yang sudah berumur 1-4 tahun cukup dilakukan pembersihan dua kali dalam setahun.


b. Strip Spraying


Strip Spraying artinya membersihkan gulma sepanjang barisan tanaman dengan cara penyemprotan herbisida seperti; Paracol dengan konsentrasi 1,2-1,5 l/400 l air/ha dan Gramozone dengan konsentrasi 1,2-1,5 l/400 l air/ha. Penanganan ini untuk tanaman yang sudah berumur setahun atau lebih. Pada tanaman pinang yang sudah berumur 2-3 tahun bisa dilakukan dua kali dalam setahun. Lebar jalur strip spraying berkisar 1,5 m dan masing-masing 73 cm dari kanan-kiri batang memanjang sesuai barisan tanaman.


c. Ring Weeding


Penyiangan dilakukan di sekeliling pohon dengan radius 75-150 cm dan tergantung besarnya pohon.

20 September 2014

Penyakit Tanaman Pinang

Budidaya Pinang  - Perkebunan pinang memiliki prospek ekonomi yang luar biasa. Beberapa wilayah di Indonesia, tanaman pinang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan para petani.
Contoh penyakit buah pinang/Foto: goldenagro.com
Di Aceh, banyak petani masih menggunakan cara tradisional mulai dari pembibitan, perawatan, sampai pada penanganan paska panen. Hanya beberapa petani saja yang sudah menerapkan budidaya pinang secara intensif dan hasil panen luar biasa. Bisa mencapai 10 kali lebih banyak dengan cara tradisional.

Kelebihan kebun pinang yang di tanam secara intensif, dalam satu pohon pinang mampu menghasilkan 20 kg setiap bulan dan produksi biji kering bisa mencapai 400 kg setiap bulan dalam per hektar.

Seperti tanaman lainnya, budidaya pinang juga mengalami kendala-kendala, diantaranya yaitu serangan hama dan penyakit. Pinang yang terserang penyakit dapat menyebabkan produksi menurun. 

Dalam waktu jangka panjang akan berdampak negatif pada keberlanjutan tanaman pinang. 

Karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit pinang. Cara yang paling umum dilakukan oleh petani untuk mengendalikan penyakit pinang adalah dengan menggunakan bahan kimia atau pertisida. Akan tetapi, tidak selamanya bahan kimia dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit. 


Dalam kurun jangka panjang, jika penggunaan bahan kimia yang berlebihan pada suatu wilayah akan menimbulkan dampak negatif yaitu terbunuhnya mikroba. Dengan hilangnya keseimbangan ekosistem alam, akan melahirkan penyakit baru yang lebih ganas.


Dampak lain penggunaan bahan kimia pada tanaman adalah menambahnya biaya produksi karena semakin mahalnya harga bahan kimia, dapat menyebabkan polusi lingkungan terutama air tanah dan tanah, beresiko pada kesehatan petani dan keluarganya serta kesehatan konsumen. Namun, sayangnya kondisi ini belum mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak, terutama oleh tenaga penyuluh pertanian dan perkebunan. 


Berikut penyakit-penyakit yang sering menyerang tanaman pinang:


1. Bercak daun menguning (yellow leaf spot)


Penyebabnya penyakit bercak daun adalah cendawan Curvularia sp. Gejala pada lamina daun, terlihat bercak-bercak kuning 3-10 mm diameter. Infeksi lanjut dapat menyebabkan kematian bibit. Penyemprotan dengan Dithane dapat mengurangi serangan.


2. Leaf blight.


Penyebabnya adalah Pestalotia palmarum Cooke. Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat kekuningan pada helaian daun. Pemupukan N dan K2O ataupun dengan pemberian naungan dapat menekan penyakit.


3. Karat merah daun (red rust)


Penyebabnya yaitu Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi batang dan daun. Sehingga terlihat bercak tak beraturan pada bagian batang dan daun yang berwarna kekuningan. Untuk menghindari perlu dibuat naungan secukupnya.


4. Busuk akar/pangkal batang (root/collar rot)


Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. dan Rhizoctoria sp. Penyakit ini biasanya terlihat di pembibitan dengan sistim drainase jelek. Serangan cendawan ini mengakibatkan tanaman layu.


5. Busuk buah (fruit rot)


Penyebabnya adalah Phytopthora arecae. Gejala bercak basah terlihat pada permukaan buah dekat kelopak bunga (perianth). Bercak ini akan menyebar sehingga warna buah berubah menjadi hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal buah maka akan menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimia dapat di lakukan dengan fungisida Copper oxychlorride serta fitosanitasi (pembersihan) kebun. Pengendalian lainnya dengan melakukan fotosanitasi pada kebun-kebun.


6. Busuk Pucuk (Bud rof)


Penyebabnya sama dengan penyakit busuk buah. Yaitu P. Arecal. Bagian yang diserang adalah pangkal spidel pangkal spindle berwarna berangsur bagian yang terinfeksi serangan berat menyebabkan kuning coklat pucuk membusuk dengan bau khas. Pembersihan lokasi pertanaman dari tanaman terserang akan mencegah penyebaran penyakit.


7. Daun menguning (Yellow leaf disease)


Penyebabnya adalah mycoplasm like organism (MLO). Daun yang terserang memperlihatkan warna kekuningan dan terdapat garis-garis nekrotik. Pada lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sehingga produksi buah menurun. Daging buah berwarna kehitaman. Pengendalian dengan cara terpadu dengan pemupukan, penggunaan fungisida 2 g phorate granula per pohon serta fitosanitasi.


8. Busuk kaki (Foot rot)


Penyebabnya adalah Ganoderma lucidum. Munculnya penyakit ini karena kurang pemeliharaan kebun, drainase jelek. Tanaman yang terserang menunjukan gejala kekeringan dimana daun menguning, terkulai dan akhirnya patah. Infeksi lanjut yaitu batang terlihat bercak coklat tidak beraturan dan mengeluarkan cairan. Akar tanaman akan membusuk. Untuk menghindari perlu pengaturan sistim drainase, kebersihan kebun. Bebeberapa mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma sp, Streptomyces sp. dapat menjadi agen hayati pengendalian penyakit ini.


9. Die back pembungaan dan bubur buah


Cooletotrichum gloesporioides berasosiasi dengan penyakit ini. Gejalanya terlihat tulang daun menguning dan terlihat mengering mulai ujung daun sampai ke arah pangkal. Bunga betina akan gugur. Faktor lainnya yang menyebabkan gugur buah adalah kegagalan polinasi, kandungan unsur hara kurang, cekaman air dan temperatur atupun faktor fisiologis.


Pengendalian dengan fungisida Dithane 4 g/L air pada 2 tahap yaitu dilakukan pada saat bunga betina terbuka dan pada 20-24 hari berikutnya.


10. Bacterial leaf stripe.


Penyebab yaitu Xanthomonas campestris pv. Arecae. Gejala daun terlihat bercak-bercak selebar 0.5-1.0 cm. Permukaan bagian bawah daun ditutupi oleh bakteri. Daun yang terserang menimbulkan bercak yang tidak teratur berwarna putih keabuan atau kekuningan. Penyemprotan dengan antibiotik tetracyclin 1 g/2 L air yang dilakukan setiap 2 minggu.


11. Mengecil (Band)


Penyebab penyakit ini belum diketahui. Gejalanya yaitu daun menjadi pendek, mengecil dan berbentuk sapu. Warna daun menjadi hijau tua, batang meruncing dan jarak antar ruas batang memendek. Mahkota pohon bentuk seperti berbunga mawar, sehingga pembungaan menjadi tidak sempurna, dan produksi buah menurun. Pengendalian penyakit dilakukan dengan perbaikan drainase, penggemburan tanah. Pemberian campuran Copper sulfat dengan kapur perbandingan 1 : 1 dengan dosis 225 g per pohon per 6 bulan dapat memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh.


12. Batang Berdarah (Stem bleeding)


Penyebabnya adalah Thielaviopsis paradoxa Von Hohn (Ceralostomelia paradoxa). Terjadi perobahan warna pada bagian yang terinfeksi di bagian batang dan jaringan lembut serta mengeluarkan cairan berwarna coklat gelap. Dugaan bahwa penyakit ini berkembang akibat air tanah yang dangkal dan drainase jelek. Untuk menghindari serangan hama Xyleborus sp. Yang dapat masuk melalui lobang tersebut dilakukan penempelan dengan tar dan insektisida.


13. Buah Retak (Nut splitting)


Penyebabnya karena ketidak seimbangan fisiologis. Karakteristik penyakit ini terlihat dari buah pinang yang retak-retak. Gejala yang dimulai dengan buah kekuningan ketika buah setengah matang atau tiga per empat bagian matang. Perbaikan drainase dan penyemprotan dengan Borax 2 g/1 l air pada tahap awal dapat menekan serangan penyakit.


Umumnya buah pinang akan terserang penyakit pada saat panen, prosesing sampai penyimpanan. Sumber infeksi terutama berasal dari;

  1. Infeksi pada tanaman. Buah pinang yang berasal dari tanaman terserang penyakit buah pecah (nut spliting) akan mudah terserang juga oleh organisme sekunder seperti: Aspergiles sp. dan Penicilium sp
  2. Infeksi selama panen dan prosesing. Buah pinang yang biasanya panen kemudian terjatuh ketanah sering ditemukan adanya infeksi ke buah tersebut. Jenis cendawan yang ditemukan seperti Aspergillus niger, A. Flavus, Botryodiplodia theobromae dan Rhizopos sp. Kurangnya pemanasan selama proeses pengeringan awal tentu akan memudahkan tumbuhnya cendawan-cendawan tertentu.
  3. Infeksi selama pengangkutan dan penyimpanan. Buah pinang yang dipanen dan keranjang yang digunakan untuk menampung harus bersih. Demikian pula pada penyimpanan di gudang haruslah dalam keadaan yang terkontrol. Cendawan yang sering ditemukan pada proses pasca panen adalah Aspergillus niger arecae, Subramanella arecae.
Untuk pengendalian penyakit selama proses panen sampai di gudang atau tempat penyimpanan, menghindari kontak langsung buah pinang dengan tanah. Buah pinang sebaiknya dimasukan ke dalam karung goni polyetylen dan melakukan fumigasi ruang penyimpanan dengan ethylene dibromide.

Ada 2 cara pengendalian hama gudang:

  1. Pengendalian hama secara preventif yaiitu dengan cara spraying pada lantai, atap, dinding bagian dalam dan luar. Pestisida yang digunakan adalah pestisida yang bersifat residual dan pilih yang ramah lingkungan.
  2. Pengendalian hama secara kuratif yaitu dengan cara fumigasi. Prinsip fumigasi adalah mematikan hama yang ada pada waktu tersebut. Sering kali penanganan dengan cara tidak mempunyai residual effect sehingga setelah fumigasi selesai, komoditas akan mudah terserang kembali oleh hama. 
Untuk Anda yang ingin sukses berkebun pinang secara intensif, pelajari dulu cara atau teknik budidaya pinang secara intensif.

19 September 2014

Hama-Hama pada Tanaman Pinang

Budidaya Pinang - Setiap tanaman pertanian, tanaman holtikultura maupun tanaman perkebunan tidak dapat menghindar dari serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman selalu ada di setiap musim tanam dan di setiap tanaman yang ditanam. 

Kita belum pernah terdengar berita sampai saat ini bahwa tanaman yang ditanam baik oleh petani atau pekebun terbebas dari penyakit tanaman. Hal ini diakui baik oleh para petani yang handal di pedesaan, pekebun yang ahli dalam mengolah lahan pekarangannya, maupun oleh praktisi pertanian.


Begitu juga dengan tanaman pinang. Sebagai tanaman perkebunan, pinang tidak dapat terhindar dari berbagai serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman pinang mulai dari pembibitan sampai pada proses penanganan hasil panen, antara lain;


Hama Bagworms: Penyebab hama ini adalah Manatha albipes Moore. Sifat hama ini menyukai daun berwarna hijau. Pada tanaman pinang, hama ini sering ditemukan di bagian bawah daun dan membuat sejumlah lobang-lobang kecil. 



Hama Termit atau Rayap
Hama Termit atau Rayap/Images: Wikipedia
Termit atau Rayap: Termit dapat menyerang benih atau bibit pada musim kemarau. Serangan pada bibit dimulai pada pangkal batang, sehingga bagian pucuk menjadi layu dan lama kelamaan bibit tanaman pinang mati. Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan menutup bagian pangkal batang dengan pasir ataupun secara kimiawi menggunakan insektisida Aldrin. Hama Termit, Thermite, Turmite dalam bahasa petani Aceh disebut "kuek Tanoh".  

Belalang (Aularches miliaris Linn): Belalang Menyerang lamina daun pinang sehingga meyebabkan daun berlubang. Belalang Hijau dalam bahasa Aceh disebut "Darut Hijoe". 



Belalang Hijau
Belalang Hijau/Images: google
Hama Kutu (Mite): Dikenal 3 jenis kutu menyerang tanaman pinang. Kutu merah (Raolella indica Hirst) dan kutu putih (Oligonychus Indicus Hirst). Kutu oranye, Kutu merah dan kutu putih hidup berkelompok di bawah daun dan mengisap cairan di daun yang mengakibatkan daun berwarna kekuningan, coklat dan akhirnya mengering. 

Kutu oranye (Dolichotetranychus sp.) Menyerang buah pinang yang masih muda dan bersembunyi dibagian dalam buah serta mengisap cairan, sehingga buah akan gugur. Pengendalian kutu dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan Kelthan 1.86 ml/l air ataupun penggunaan predator antara lain Chilocorus sp.


Kepik (Carvalhoia arecae Miller and China): Kepik ditemukan berkumpul di bagian ujung ketiak daun. Kepik dewasa berwarna hitam dan Kepik muda berwarna hijau kekuningan, keduanya mengisap cairan pada bagian spindle sehingga pertumbuhan tidak normal. Daun yang telah dihisap nampak garis-garis nekrotik berwarna coklat tua, lama kelamaan daun pinang mengering dan patah.


Dalam bahasa inggris, kepik disebut green stink bug. Selain menyerang tanaman pinang, juga menyerang tanaman padi, kapas, dan jagung. Pengendalian pada tanaman pinang dilakukan dengan insektisida sistemik Sevin 4G dengan dosis 10 g per tanaman setiap 3 bulan.



Kepik Hijau
Kepik Hijau/Images: Google
Tempayak akar (Leucopholis burmeisteri Brenske): Tempayak akar atau dikenal tempayak putih merupakan hama yang cukup merugikan tanaman pinang. Bentuk hama ini seperti hurup ”V” serta tubuh lembut dengan kaki berbulu warna coklat.

Ulat bunga (Tirathaba mundella Walk): Ulat bunga menyerang mayang dengan mengisap cairan dalam bunga. Ulat dewasa meletakan telurnya pada bagian spatha. Sehingga Spadix tidak dapat membuka dengan sempurna. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan Endre x 20 EC 0.125 % atau Malathion 50 % EC dengan dosis 2 ml / l air


Gugur buah muda: Gugur buah muda disebabkan oleh kepik Pentatomid (Halyomorpha marmorea F). Buah pinang yang ditusuk dengan belalai akan mengeluarkan cairan. Buah yang ditusuk akan berwarna hitam pada permukaan kulit buah dan dagingn buah akan berwarna coklat gelap. Gejala ini akan berkembang terus sehingga menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menyemprot Endosulfan 0.05% pada tandan.


Kumbang pinang (Coccotrypes carpophagus Horn): Kumbang pinang dewasa menyebabkan kerusakan dengan menggerek buah sehingga berlubang sampai pada bagian biji. Besar lubang gerekan kira-kira berdiameter 0.6 - 1.0 mm.


Coffee bean weevil (Araecerus fasculatus D.): Coffee bean weevil menyerang biji pinang yang mengakibatkan buah berlubang sebesar 1.5 - 2.5 mm. Hama ini ditemukan pada buah pinang di bagian dalam perianth. Musuh alami adalah parasit Anisopteromatus calandra Howard.


Kumbang sigaret (Lasioderma serricome F.): Kumbang dewasa berwarna coklat kekuningan dengan bulu-bulu bercahaya. Kumbang ini menggerek buah dan bekas gerekannya terlihat seperti tepung . Musuh alaminya yaitu parasit Anisopteromatus calandrae Howard.


Ngengat padi (Corcyra cephalonica Stainton): Ngengat membuat rongga-rongga didalam buah pinang dan memakan daging buahnya. Pengendalian hama gudang ini dengan mengguunakan tablet phostoxin dengan dosis 800 g/1000 cm³ luas gudang. Setelah kita mengetahui hama pada tanaman pinang, kita juga harus mengetahui Penyakit pada Tanaman Pinang agar budidaya pinang sukses dan berasil.

13 September 2014

Cara Pembibitan Benih Pinang yang Baik

Budidaya Pinang - Pinang sebagai salah satu tanaman palma cukup potensial dan memiliki nilai ekonomi sebagai bahan baku farmasi dan industri. Pinang termasuk salah satu komoditi ekspor yang diandalkan untuk menambah devisa Negara. Perkembangan ekspor biji pinang kering di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan Negara tujuan utama adalah India dan Pakistan, Singapore, Banglades, Nepal dan Malayasia.
Polybad Bibit Pinang/Foto: Areca Ristu
Di pasar internasional, pinang dikenal sebagai areca nut atau batt nut  yang memiliki manfaat yang beragam. Manfaat biji pinang antara lain untuk bahan industri, tekstil, industri zat pewarna, industry farmasi dan kosmetik, minuman, bahan makanan stimulansia dan bubu masak.

Budidaya pinang secara intensif telah dilakukan di beberapa Negara, diantaranya India, Banglades dan Srilangka. Sementara di Indonesia masih melakukan pemeliharaan seadanya saja, tanpa ada langkah-langkah untuk membudidaya secara intensif.  


Apabila keadaan ini terus-menerus berlanjut dikhawatirkan akan terjadi pengurangan produksi secara signifikan. Dan sampai sekarang, peremajaan pinang dan budidaya secara intensif seperti tanaman perkebunan lain “juga belum menjadi andalan pemerintah”. 


Dalam rangka pengembangan tanaman pinang, penyediaan benih atau bibit termasuk faktor yang utama dan sangat penting. Baik untuk peremajaan kebun masyarakat petani maupun dalam rangka perluasan areal pinang dengan pola budidaya secara intensif.


Masalah utama perkecambahan benih pinang adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk berkecambah, hal ini karena kurangnya metoda dalam pembibitan. Karena berbagai jenis tanaman palem (arecaceae), diketahui teknik kultur in vitron merupakan salah satu solusi yang cukup efektif untuk mengatasi masalah dalam penyediaan bibit. 


Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Pembibitan Benih Pinang :


Perkecambahan benih pinang sangat bergantung pada air, oksigen, suhu dan cahaya. Benih pinang yang baik memiliki ukuran besar dan seragam, berat benih sekitar 60 biji per kilo. 


Sebelum dilakukan persemaian, benih pinang terlebih dahulu dibersihkan. Kemudian lakukan perendaman benih dengan air. Tujuan dari perendaman benih adalah untuk mempermudah terjadinya imbibisi dan permeabilitas kulit benih terhadap masuknya oksigen, dengan masuknya oksigen perkecambahan benih dapat berlangsung lebih cepat.


"Pilih tempat yang gelap". Karena benih pinang akan cepat berkecambah bila diperlakukan dalam kondisi gelap. Karena sifat benih pinang yaitu fotoblanstik negative tidak sensitive terhadap kondisi terang. 


Rata-rata waktu yang diperluka untuk berkecambahnya benih pinang adalah 1 sampai 2 bulan. Sedangkan, kreteria bibit pinang yang bermutu dan siap dipindahkan ke lapangan jika sudah memiliki jumlah daun 5 lembar atau lebih. Semoga tips ini berguna dalam usaha pembibitan benih pinang. Selanjutnya cara Budidaya Pinang Intensif

01 September 2014

Cara Budidaya Pohon Pinang Intensif

Buah pinang atau bahasa latinnya Areca Cathecu merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Permintaan akan buah pinang ini lumayan tinggi. Buah pinang pada umumnya banyak tumbuh dipekarangan rumah atau kebun, dan belum banyak petani yang membudidayakan Pinang secara serius, secara intensif.

Biji pinang berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti pewarna kain, dan obat. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat sudah masuk ke dalam daftar prioritas WHO (World Health Organization/organisasi kesehatan dunia) . Biji pinang ini sudah dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum masehi, terutama di Mesir dan India. 


Hingga kini banyak negara yang menggunakan biji pinang antara lain sebagai; obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan, sariawan, mencret, koreng, dan borok.


Syarat Tumbuh Tanaman Pinang


Pinang akan tumbuh dengan baik jika penanaman dilakukan di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Jika tempatnya sesuai maka akan memberikan dampak yang baik sehingga menghasilkan pertumbuhan dan produksi buah yang optimal. 


Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di dalam penanaman pinang antara lain :

  1. Tanaman Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0–1.000 m dpl (meter diatas permukaan laut). Tanaman pinang idialnya ditanam pada ketinggian dibawah 600 m diatas permukaan laut.
  2. Tanah yang baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik, solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah dan aluvial.
  3. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pinang sekitar pH 4 - 8.
  4. Curah hujan yang dikehendaki tanaman pinang antara 750-4.500 mm/tahun yang merata sepanjang tahun atau hari hujan sekitar 100 - 150 hari.
  5. Tanaman pinang sangat sesuai pada daerah yang bertipe iklim sedang dan agak basah dengan bulan basah 3 - 6 bulan/tahun dan bulan kering 4 - 8 bulan/tahun.
  6. Tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum antara 20º - 32º C. Tanaman pinang menghendaki daerah dengan kelembaban udara antara 50 – 90 %.
  7. Pohon pinang memerlukan penyinaran yang cukup. Penyinaran yang sesuai untuk tanaman pinang berkisar antara 6-8 jam/hari. 
Bibit Pinang

Bibit bermutu berasal dari benih terpilih yang berasal dari pohon induk terpilih. Seleksi pohon induk dapat dilakukan pada individu pohon, yaitu melalui seleksi sebagai berikut:

  • Pohon induk tumbuh tegar, batang lurus, mahkota pohon berbentuk setengah bulat dan pertumbuhan daun terbagi rata.
  • Pohon bebas dari serangan hama dan penyakit
  • Umur pohon lebih dari 10 tahun dan telah stabil berproduksi, yaitu sekitar 4-5 tahun.
  • Lingkar batang lebih dari 45 cm (diukur pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah).
  • Daun yang terbuka penuh lebih dari 8 helai,
  • Jumlah tandan lebih dari 4 buah,
  • Jumlah buah per tandan lebih dari 50 butir.