Tampilkan postingan dengan label Motivasi dan Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi dan Inspirasi. Tampilkan semua postingan

14 Mei 2015

Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk

Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk - Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk

Tuhan kita Maha Adil. Tetapi mengapa kita tak adil kepadaNya. Ketika ada SMS masuk, kita begitu bergegas membaca dan membalasnya, tetapi mengapa ketika Tuhan memanggi-manggil untuk menghapaNya kita begitu berani menunda-nunda?

Ketika bos kita memanggil, betapa takutnya kita sehingga dengan cepat kita menghadapnya, namun ketika panggilan Tuhan berkumandan, betapa berani dan lamanya kita untuk menghadapNya. Padahal yang memanggil kita adalah Tuhanya bos, Atasannya atasan.

Dengarlah kalimat-kalimat muadzin yang berkumandan paling tidak lima kali sehari. Kalimatnya tak hanya mengajak kita untuk melaksanakan shalat, tetapi disusul dengan tawaran kesuksesan. Hayya'alash shalah, merilah kita menunaikan shalat. Dilanjutkan dengan, Hayya'alal falah. Marilah meraih kemenangan.

Seolah Tuhan berkata, wahai manusia, berhentilah dari rutinitas kerjamu, istirahatlah sejenak dari kesibukanmu. Shalatlah, dan sambutlah kemenangan. Shalat, dan sambutlah kesuksesan, Shalatlah, dan yakinlah kerjamu akan membuahkan keberasilan dan lebih berkah. 

Tapi tidak, manusia masih begitu pelit kepada Tuhan, bahkan untuk bersedekah pun kita menyisih-nyisihkan harta kita. Kita begitu boros untuk dunia, tetapi untuk bekal kehidupan abadi, malah kita tabung harta yang tersisih. Jangankan sedekat, bahkan zakat yang hanya 2,5 persen saja terkadang begitu berat terambil dari dompet dan tabungan.

Bertapa kecilnya harga uang ketika kita sedang berhadapan dengan penjual baju. Betapa murahnya angka satu juta ketika kita sedang shopping, ketika berhadapan dengan sebuah hobbi. Bertapa kecilnya uang seratus ribu ketika kita beli pulsa, untuk telepon, BBM, dan internetan. 

Bertapa mahalnya uang seribu rupiah, ketika kita berhadapan dengan si fakir yang mengiba pinta. Bertapa besar nilai uang seratus ribu rupiah dibawa ke mesjid untuk pembangunan rumah Allah, tetapi betapa kecilnya kalau dibawah ke mal untuk dibelanjakan.

Ya Allah, tak sadar kita begitu pelit ketika dihadapkan pada bekal akhirat, tetapi untuk hawa nafsu dan keinginan duniawi, betapa ringan kita mengeluarkan isi dompet. Padahal seharusnya justru sebaliknya, pelitlah untuk dunia, dan boroskan harta untuk akhirat.

Ternyata, kita sudah keliru dalam memaknai konsep kehidupan yang sesungguhnya. Ingatkanh kita, berapa lama kita bentah berkomunikasi dengan Tuhan. Terkadang lima menit saja kita sudah meninggalkan imam sendiri. Tapi betapa singkat waktunya untuk menonton sebuah film.

Bertapa nyamannya apabila pertandingan bola ada sepanjang waktu, namun bertapa tidak nyamannya ketika kita mendegar khutbah di mesjid, mendegar pengajia disurau dan menasah. Lama sedikit saja, kita sudah mengeluh. "Ah, yang diomongin itu-itu saja", padahal yang disampaikan itu, belum tentu kita sudah paham.

Padahal setiap orang begitu takut dengan azab Neraka, tetapi kelakuan-kelakuan sehari-hari kita. Seolah-olah sedang memohon untuk dimasukkan ke neraka secepatnya. Padahal semua orang ingin dimasukan dalam surga Allah, tetapi kalakuan-kelakuannya tiap hari justru menjauhkannya.

"Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang mentaaiku akan memasuki surga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yang engan masuk surga." (HR. Bukhari).

Tuhan, Harap Maklumi Kami

Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan. Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu. Tuhan, kami sangat sibuk, jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajibanMu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami. Jangankan puasa senin - kamis, ayyaamul baith, puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh.

Tuhan, maafkan kami, kami tak sempat bersyukur. Jiwa kami begitu rakus. Kami tak kunjung puas dengan nikmatMu, sehingga kami kesulitan mencari-cari mana karuniaMu yang layak kami syukuri. Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak. Jadwal kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadapMu. Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami, karena kami masih terlalu sibuk.

Tuhan, maaf, selama ini kami merasa sok sibuk. Padahal Engkaulah Yang Mahasibuk. Kami sering kali telat menghadapmu, padahal Engkau tak pernah sekali pun telat memberi kami makan dan minum setiap hari. Kami sering kali lupa menunaikan kwajibanku padaMu, padahal Engkau tak pernah lupa menerbitkan mentari di pagi hari. Kami sering lalai mengingatMu, padahal Engkau tak pernah sekali pun lalai mempergilirkan siang dan malam.

Setiap saat keburukan kami naik disampaikan para malaikat kepadaMu, sementara kabaikanMu setiap detik tercurahkan kepada kami.

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur..." (QS. Al-Baqarah: 255).

Semoga Anda tidak merasa tersindir

Diringkas dari buku, "Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk" karya Ahmad Rifa'i Rif'an. 

22 April 2015

Wejangan Tentang "Malaikat" di Cicilitan

Segalanya kini sudah berubah, tidak seindah seperti dulu lagi

Zaman sudah berubah, memang benar. Tanda berubahnya zaman itu diungkap dalam berbagai perasaan dan pikiran manusia seperti bait sebuah lagu, "segalanya kini sudah berubah, tidak seindah seperti dulu".

Zaman lampoe memang indah bagi yang indah, begitu juga masa depan. Yang pasti perubahan-perubahan akan terus terjadi dari waktu ke waktu. Dan pada disetiap perubahan itu akan tergambarkan sebuah kehidupan baru, baik atau buruh. 

Seperti zaman yang sedang kita lewati dan langkahi saat ini, manusia begitu akrab dengan bermacam teknologi dan informasi, karena kita pun tak berdaya untuk menolaknya. Islam tidak menolak perubahan atas zaman. Mungkin begitu juga dengan agama yang lain. 

Perubahan zaman diciptakan dan hadir untuk memberikan kemudahan bagi umat manusia, bukan kemuzaratan. Karena itu, teknologi harus dimanfaatkan dengan baik dan bernar. Bukan untuk menjadi "manusia pemuja teknologi". Karena, yang maha pantas dipuji dan dipuja hanya Allah, Tuhan pemilik alam semesta langit dan bumi. Maka teknologi harus di edukasi menjadi saluran kebaikan, penyebaran kemuslihatan dan kedamaian.

Pada suatu hari seorang kakek tua bertanya pada saya yang sedang nongkrong bersama tema disebuah warung kopi di Banda Aceh.

Assalamualaikum,,,wa'laikumsalam,,,jawab kami dengan serentak.

"Orang zaman sekarang, tua muda dan remaja, kalau ditanya akidah sering ling-lung. Sifat ya wajib tidak lagi dihafal, lalai di internet siang dan malam, "ceramah kakek tua, tanpa kami tau siapa namanya.

Sepuluh malaikat wajib diimani, tapi banyak yang lupa manusia kejar duniawi. Malaikat adalah ciptaan Allah yang ghaib, tidak mempunyai nafsu dan pikiran, tidak berbapak dan tidak pula beribu tak pula beranak. Malaikat mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka, bukan seperti manusia yang ingkar dan berdusta.

Satu-persatu kakek tua itu menyebutkan, pertama Jibril, dua Mikail, tiga Israfil, empat Izrail pencabut nyawa, lima Munkar, keenam Nakir, ketujuh Raqib kedelapan Atib yang mencatat amal manusia. Sembilan Malik, dan kesepuluh malaikat Ridwan penjaga pintu Surga.

Begitulan kakek tua itu mengingatkan kami tentang nama-nama malaikat yang wajib diimani. Yang dulu sewaktu mengaji dan sekolah, mungkin telah kami menghafalnya. 

Namun seiring bertambah usia dan kesibukan, lidah kami sulit mengucap kembali nama-nama malaikat itu. Terima kasih kek..ku tulis kembali wejanganmu ini di Cicilitan, sambil meneguk secangkir kopi di toko kelontong Seven Eleven.(*)

Image: google

01 November 2014

Janeng yang Terlupakan

Janeng termasuk dalam jenis umbi umbian, pohonnya kecil dan berduri kecil, merambat seperti pohon sirih (bak ranup). Daunnya berwarna hijau bila masih muda. Biasanya tumbuh liar dihutan-hutan di bawah pohon yang randu atau teduh. Pohon janeng memiliki buah besar yang menghujam ke bawah tanah.

Tanaman janeng adalah tumbuhan hutan berjenis umbi-umbian. Dalam bahasa latin termasuk dalam anggota marga Amorphopallus campanulatus. Sekarang di provinsi Aceh, varitas tanaman janeng semakin langka di hutan-hutan.

Dulu, pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, boh janeng atau buah janeng oleh para indatu kita dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan bahan baku makanan tradisional lainnya, terutama di daerah perdesaan.

Pohon janeng tumbuh di semak-semak belukar, berkembang baik di tempat-tempat yang lembab dan terlindungi dari sinar matahari. Tinggi pohon janeng lebih dari 1 meter dengan ciri - ciri; batangnya lunak, berduri kecil, dan berwarna hijau. Akarnya berserabut putih kotor. Buahnya berwarna putih dan berat buahnya bisa mencapai 7-10 kg. 

Buah janeng memiliki nilai gizi yang tinggi, dengan kandungan utama adalah karbohidrat sekitar 70-85%. Kandungan lain, seperti serat, vitamin, kalsium, zat besi, dan protein. Buah ini cocok dikonsumsi oleh penderita penyakit diabetes karena kandungan glisemik yang rendah dapat menekan peningkatan kadar gula darah. 

Sebelum dimakan, buah janeng yang sudah digali dari tanah, terlebih dahulu dibuang kulitnya dan dicuci dengan air. Selanjutnya diiris-iris atau dicincang kecil-kecil, dicuci lagi sampai bersih kemudian ditumbuk sampai lunak (tumbuk-tumbuh dalam karung). 

Setelah proses tumbuk selesai, dijemur diterik matahari. Oleh sebagian masyarakat perdesaan langsung "geuseuop lam sangku" (mengukus hingga empuk kemudian dicampur dengan parutan kelapa) woo....enaknya..

Dalam kondisi segar, janeng dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kue tradisional maupun aneka kudapan lainya. Janeng juga bisa bahan campuran kolak, bubur, atau dibuat sayur berkuah santai (digulai atau gule leumak).

Sebagai anak perdesaan, saya baru sekali merasakan makanan yang terbuat dari buah janeng, sekitar tahun 1985 dengan rasanya yang hambar. 

Buah janeng, saya istilahkan tanaman buah yang berjasa dalam perjuangan, sekarang janeng yang terlupakan.

28 Oktober 2014

5 Jenis Gosip yang Merusak

Konneth Brown, seorang profesor bidang manajemen dan organisasi mencoba membedakan antara gosip dan rumor. Menurutnya, gosip sifatnya lebih merusak karena sering muncul dari pandangan orang tertentu yang dipakai untuk kepentingan tertentu pula. 

Sementara rumor biasanya muncul karena adanya kekhawatiran atau kecemasan terhadap suatu situasi tertentu. Dalam hal ini, "rumor bisa lebih bermanfaat bagi seorang pemimpin daripada gosip". 

Profesor Kenneth menyarankan seorang pemmpin harusnya mendegarkan topik yang menjadi rumor sehingga dapat membongkar akar permasalahannya dan segera untuk mengatasi rumor yang beredar.

Prinsip umum menghadapi beredarnya rumoh, menurut Kennet Brown adalah "Don't ignore it, don,t foster it, but listern to it" (Jangan abaikan, jangan memperparah tetapi dengarkan).

Sedangkan sikap tegas kepada mereka yang mengembangkan gosip sangat penting, karena bisa merusak kerjasama dan hubungan dalam organisasi. Manajemen tidak boleh bersikap cuek terhadap karyawan yang sembarangan menyebarkan gosip, karena bisa menyebabkan ketidakpercayaan dan merusak hubungan kerjasama anggota tim. 

Mengutip isi buku Toxic Employee, From The Best EQ Trainer Indonesia, Anthony Dio Martin. Berikut 5 Jenis Gosip yang merusak. 

  1. Tanda Seru (!): Melabel seseorang. Gosip ini merupakan salah satu bentuk pembunuhan karakter yang banyak dilakukan untuk memojokkan seseorang atau pihak tertentu. Kebenaran yang ada tentang seseorang, terpaksa dibuang atau dipangkas oleh si penggosip demi menyesuaikan dengan lebel yang di inginkan.
  2. Tanda tambah (+): Menambahkan informasi yang tidak benar. Inilah yang paling sering terjadi dalam gosip. Tak mengherankan jika gosip sering diartikan "semakin digosok semakin siip". Dalam hal ini, informasi seringkali ditambahkan sebagai bumbu sehingga informasi yang diperoleh menjadi semakin jauh dari kenyataan.
  3. Tanda panah berputar (?): Memutarbalikkan makna suatu informasi. Terkadang suatu fakta, bisa diintepretasikan dari berbagai sudut pandang. Di dalam gosip, suatu fakta kadang bisa diartikan dengan cara yang berbeda sehingga informasi yang ada berbeda maknanya.
  4. Tanda minus (-): Mengurangi ataupun mengeliminasi suatu fakta sehingga informasi yang diterima menjadi salah. Kadang-kadang gosip yang diungkapkan hanyalah sebagian fakta sehingga orang yang mendengar kepingan fakta tersebut bisa menjadi keliru berprasangka.
  5. Tanda kali (X): Melebih-lebihkan suatu fakta. Dalam bentuk ini, suatu kebenaran lantas dilebih-lebihkan sehingga kesannya menjadi suatu yang menakutkan atau mengkhawatirkan sehingga menimbulkan berbagai perasaan negatif seperti cemas, marah, khawator, dan sebagainya.
Kelima jenis gosip tersebut, tidak ada satupun yang bermanfaat, bahkan bisa sangat jahat dan merusak.(*)

09 Oktober 2014

Tips Ketika Memilih Pekerjaan

Memilih pekerjaan di republik ini butuh kesabaran. Dunia kerja didominasi oleh falsafah Pragmatisme. Keuntungan diutamakan; etika dinomor-duakan. Semakin sulit menemukan dunia kerja yang memberi ruang luas untuk menggali potensi, mengoptimalkan bakat dan talenta.


Banyak rintangan untuk menjabarkan idealisme demikian. Selain itu, ada persaingan yang seru antara sosok yang memiliki falsafah Pragmatisme dengan kelompok yang menghormati eksistensi manusia dan falsafah 'pekerjaan-sesuai-bakat.'

Mengisolasikan diri dari dunia kerja bukanlah solusi. Kehadiran sosok-sosok yang menghargai eksistensi manusia secara utuh sangat dibutuhkan. Hanya sosok yang demikian yang mempunyai kemungkinan untuk memperbaharui dunia kerja. 

Bila Anda termasuk kelompok yang menghormati eksistensi manusia secara utuh, Anda harus eksis sekalipun akan mengalami benturan-benturan di dunia kerja. Teman-teman Anda mungkin akan mengajak Ada untuk tidak melawan arus. Anda mungkin akan ditertawai karena idealisme Anda bahkan saudara kandung dan orang tua Anda pun mungkin akan menertawakan Anda karena mempertahankan prinsip.

Sekalipun sulit memilih pekerjaan sesuai bakat dan talenta, beberapa saran berikut ini dapat Anda pertimbangkan untuk dilakukan:

Pertama, kenalilah diri Anda terutama potensi, bakat dan talenta yang Anda miliki. 

Anda mempunyai personalitas yang berbeda dengan orang lain; potensi, bakat dan talenta Anda berbeda dengan orang lain. Demikian juga pekerjaan Anda. Pekerjaan Anda sudah disediakan oleh 'Langit' dan Anda harus menemukannya. Lakukanlah evalusi pribadi ('self-assessment') untuk mendapatkan gambaran tentang personalitas Anda. 

Anda misalnya bisa mengambil tes pemanduan bakat untuk mengetahui bakat dan talenta Anda. Bisa juga Anda bertanya pada orang tua, saudara-saudara Anda dan orang-orang yang mengenal Anda. Mintalah pendapat mereka; bakat dan talenta apa yang mereka lihat pada diri Anda. Informasi-informasi ini bisa Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih pekerjaan Anda.

Kedua, tekunilah pekerjaan Anda.

Bila Anda mendapat pekerjaan, tekunilah pekerjaan Anda. Lakukanlah dengan segenap hati dan perasaan tanggung jawab. Pelajari prinsip-prinsip dalam pekerjaan Anda; pelajari falsafahnya. Bila Anda menekuninya, Anda akan menemukan falsafah-falsafah dasar dari pekerjaan Anda. Apakah pekerjaan Anda pada bidang Teologi, Filsafat, Hukum, Pendidikan, Kedokteran, Pertanian, Ekonomi, atau bidang lain- Anda akan menemukan prinsip-prinsip yang sangat mendasar dari pekerjaan Anda.

Ketiga, bila sudah yakin dengan pekerjaan yang Anda pilih, kembangkanlah konsep spesialisasi. 

Gali dan tekunilah pekerjaan Anda sampai tuntas. Temukan relasi antara pekerjaan Anda dengan bidang-bidang lain. Semakin Anda mendalami pekerjaan Anda semakin Anda memahami prinsip-prinsip pekerjaan Anda. Dengan demikian, Anda akan mencintai pekerjaan Anda dan mensyukuri apa yang Anda temukan dalam pekerjaan Anda.

Keempat, singkirkanlah sikap mengganti pekerjaan hanya karena alasan uang semata. 

Uang dan penghasilan yang lebih baik sering menjadi alasan untuk mengganti pekerjaan. Pekerjaan sesuai bakat dan talenta ditinggalkan demi pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik. Tinggalkan sikap seperti ini. Anda akan menderita karena Anda mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan personalitas Anda.

Jauhkanlah rasa kagum pada orang-orang yang mempunyai penghasilan besar, tetapi tidak mengerjakan pekerjaan yang seharusnya.

Namun, bila ada kesempatan melakukan pekerjaan sesuai bakat dan talenta Anda, raihlah pekerjaan itu. Sangat dianjurkan memilih pekerjaan sesuai bakat dan talenta dengan penghasilan yang lebih baik apalagi didukung oleh lingkungan kerja yang sehat.

Kelima, peliharalah etika yang benar pada pekerjaan Anda. 

Anda akan menghadapi tantangan pada pekerjaan Anda. Akan banyak godaan: uang, wanita, dan harga diri. Integritas Anda akan dipertaruhkan dan banyak yang jatuh dalam hal ini. Anda bisa tergoda untuk melakukan kejahatan atau menyalahgunakan pekerjaan, professi dan posisi Anda.

Anda mungkin akan dipaksa untuk berbohong, melakukan penipuan, melanggar hukum, memberikan data yang salah, dan berbagai tindakan yang tidak etis dalam pekerjaan Anda. Singkirkanlah sikap-sikap seperti ini. 

Bila ada yang memaksa Anda untuk bersikap demikian, berbicaralah kepada mereka. 
"Komunikasikanlah prinsip Anda dan yakinkanlah mereka dengan argumentasi-argumentasi yang benar dan logis dan dengan sikap yang bersahabat".
Bila dipaksa juga untuk mengabaikan prinsip-prinsip Anda, Anda bisa meninggalkan lingkungan kerja demikian dan memilih pekerjaan lain. Selalu ada pekerjaan buat orang-orang jujur. Tuhan Yang Maha Esa juga tidak akan meninggalkan sosok-sosok yang menghormati etika-etika universal. Orang-orang yang jujur tidak pernah mati kelaparan. 'Langit' selalu memberi pekerjaan dan makanan bagi orang-orang yang mencari dan melakukan kebenaran 

Source: putra-putri Indonesia. 

07 Oktober 2014

Tabularasa Hitam Putihnya Anak, Tergantung Pendidikan Orang Tua


Tabularasa hitam putihnya perjalanan kehidupan seorang anak, sangat tergantung pada pendidikan yang ditorehkan oleh kedua orangtuanya. Kata bijak mengatakan; "Orangtua adalah laksana busur, anak bagaikan panah, busur yang baik adalah yang mampu melesatkan anak panah jauh melewati zamannya".


Agar anak-anak, sebagai generasi masa depan tidak ketinggalan zaman, bekali mereka dengan keahlian hidup. Islam mengajarkan kita, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah" (Riwayat Bukhari dan Muslim)


Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Para penafsir menyebutkan, bahwa olahraga berkuda dapat diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). 


Olahraga berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai kegiatan melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.  


Seiring perkembangan zaman yang semakin moderen, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut:


  • Olahraga Berkuda disebut Skill of Life;  yakni usaha memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
  • Olahraga Berenang disebut Survival of Live; yakni mendidik anak agar selalu bersemangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
  • Olahraga Memanah disebut Thingking of Life; yaitu mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.
Orangtua mana yang tak ingin anak-anaknya tumbuh kuat, cerdas, pintar dan saleh. Pasti setiap orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi generasi yang kuat dan cermelang bukan penakut. Oleh karena itu, para orang tua, guru, dan orang dewasa harus senantiasa memberikan perlakuan yang tepat pada anak-anak. 

Berikut beberapa tips yang harus dihindari oleh orangtua agar anak tidak menjadi generasi penakut.!


Hindari Over Protektif dari Keluarga
Sebagian orangtua akan menghibur anaknya disaat sedang dalam ketakutan. Cara ini hanya sekedar mengelabui sesaat, tetapi tidak menyelesaikan masalah dari penyebab ketakutan yang dihadapi oleh anak, jika kejadian seperti ini terus terulang-ulang, maka si anak akan menjadi generasi penakut.

Hindari Pelajaran Intimidasi yang Tidak Tepat

Sebagian pelajaran yang tidak cocok untuk anak akan menambah berat sifat penakut dari anak. Ada sebagian orangtua sering menakuti anaknya dengan cerita-cerita pocong, monster atau hantu, tujuan semula supaya anak diam dan patuh. Tetapi hal ini malah akan menyebabkan kecacatan sifat dan mental dari si anak.

Hindari Sikap Pengejekan dan Penyalahan

Sebagian orang tua dalam menangani situasi anak yang penakut, bukannya memberikan perhatian, malah mengejek ataupun memarahinya. Perilaku seperti ini hanya akan membuat si anak tidak berani menghadapi penyebab ketakutan yang dialami, pendidikan seperti ini akan membuat gangguan psikologis si anak.

Protek Interaksi Sosial yang Berlebihan 

Dengan sistem residence zaman kini, banyak anak yang kurang mendapat kesempatan berinteraksi dengan saudara maupun teman sebaya. Akibat dari kurangnya pengalaman dalam berinteraksi dengan masyarakat sosial akan menyebabkan anak tumbuh menjadi pemalu dan minder.[min]

22 September 2014

Pria Tak Lulus SD Ini Sukses Dirikan 'Bank' Petani


Bank petani sudah ada sejak tahun 2008 silam di Batusangkar, Sumatera Barat. Bank ini didirikan oleh Masril Koto, seorang pria yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 Sekolah Dasar (SD).

"Saya cuma orang yang tak lulus SD, cuma sampai kelas 4," ujarnya dalam sebuah seminar di Swiss Belhotel, Jakarta, Jumat (19/9/2014)

Masril berasal dari keluarga petani dengan kepemilikan lahan yang tidak cukup luas. Ilmu yang didapatnya hanya berasal dari diskusi, pengamatan dan mencari berbagai referensi dari berbagai sumber lainnya.

"Saya baca, bicara sana sini dan‎ mengerti saja mekanismenya," kata Masril berkisah.

‎Ia mengaku pernah mencoba mengajukan kredit ke beberapa bank, akan tetapi tidak pernah diterima. Kejadian ini menjadi motivasinya untuk membentuk Bank Petani.

"‎Sudah ke bank BUMN tapi ditolak, akhirnya saya dengan beberapa orang bentuklah ini Bank Petani. Untuk memfasilitasi petani," katanya.

Masril mengungkapkan bank dengan semangat koperasi tersebut sampai sekarang belum berbadan hukum. Ia menjelaskan proses untuk membuat bank petani berbadan hukum sudah pernah dilakukan, melalui Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Barat.

"Kita sudah pernah ajukan ke Dinas Koperasi dan UKM, supaya kita disahkan sebagai koperasi," ungkapnya.

Namun proses tersebut tidak berhasil ditembus oleh Masril. Alasannya, dalam ketentuan sebuah koperasi ada syarat simpanan pokok dari anggota atau nasabah. Sayangnya syarat ini tidak bisa dipenuhi oleh Bank Petani.

"Kita memang tak punya simpanan pokok seperti koperasi. Kita lebih mengenalnya dengan sistem saham," jelasnya.

Sitem saham pada Bank Petani menggunakan mekanisme sederhana. Para keluarga mempunyai beberapa lembar saham sesuai dengan kemampuannya sebagai tanda kepemilikan hak pada bank tersebut.

"Artinya ada dana yang masuk ke bank petani, sama seperti simpanan pokok. Tadi dinas koperasi nggak mau," ujarnya.

"Mikro kita dengan mikro BI itu berbeda. Jangan harap deh nanti petani itu dapat dana," terangnya.

Ini terbukti dengan keberadaan bank-bank umum yang sulit memberikan pendanaan kepada petani. Seperti Bank BUMN sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau juga Bank Pekreditan Rakyat (BPR).

"Buktinya sekarang itu mana ada kita dapat KUR, sama saja. Mending kita kumpulkan uangnya sendiri," katanya.

Akhirnya, Masril deklarasikan bank petani sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Tanpa harus berurusan dengan banyak pihak, bank petani tetap bisa berdiri dan menguntungkan sampai sekarang. 

"Saya deklarasi saja sendiri, dari pada repot urus sana sini," pungkasnya. (Sumber: detik.com) 

(Baca wawancara seputar; liku-liku Masri Kato, dalam Membangun Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis)

Masril Koto: Membangun Jaringan Lembaga Keuangan Mikro di Sumatera Barat

Masril Koto adalah social entrepreneur yang membidani kelahiran Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani di Sumetera Barat. Awalnya, Masril ingin membantu para petani untuk lebih memproduktifkan lahan pertaniannya. Kini, LKMA Prima Tani sudah memiliki 500 unit yang tersebar di Sumatera Barat. Masril Koto menuturkan lika-liku pembentukan LKMA Prima Tani kepada Radito Wicaksono dari SWA. Inilah wawancaranya:
Masril Koto, Pendiri Bank Tani dan Lembaga Keuangan Mikro
Bagaimana Anda mulai memberdayakan para petani di Sumatera Barat ini?

Untuk Bank Petani sendiri dimulai sekitar tahun 2007-an. Tapi semua tidak bermula dari situ saja. Usaha saya dalam memberdayakan masyarakat miskin, khususnya petani sudah dimulai sejak awal. Saya terlahir di keluarga miskin. Bapak saya hanya kuli bangunan, ibu saya bertani. Bahkan saya berhenti sekolah ketika masuk ke kelas 4 SD. Saya keluar dari sekolah karena saya kecewa dengan kebijakan yang mengharuskan siswa untuk membeli sepatu pramuka. Orang tua saya tidak punya uang, jadi saya tidak bisa beli. Untuk itu saya keluar saja.

Keluar dari sekolah saya coba untuk bantu-bantu orang tua dengan bekerja apa saja, termasuk menjadi tukang pulung. Dari hasil memulung itu, ternyata saya berhasil mengumpulkan uang. Uang dari hasil memulung itu pun lantas saya belikan mesin jahit. Saya belajar menjahit dan mulai bantu-bantu menjahit di kampung. Kebetulan kampung saya dulu banyak tempat konveksi, jadi saya bantu-bantu jahit orang-orang yang punya usaha konveksi di kampung saya. Setelah itu, saya serahkan mesin jahit ke orang tua, supaya mereka bisa ikut menjahit, tidak perlu bertani lagi. Saya bantu-bantu pasang kancing.

Apa yang menjadi pemicunya ketika itu?

Pada suatu waktu, keluarga saya termasuk saya pindah ke kampung lain, tepatnya ke Pasar Padang Luar. Di sana saya beralih profesi menjadi kuli angkut di pasar. Tapi ternyata dari kegiatan saya menjadi kuli saat itu, saya bisa bangun rumah untuk orang tua, walaupun kecil ukurannya. Tidak lama setelah itu, saya memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, saya mendapat pekerjaan di percetakan, yang kebetulan dimiliki oleh orang Agam, kampung saya. Namun, beberapa tahun kemudian, di tahun 1998, pecahlah kerusuhan yang menyebabkan banyak usaha tutup. Saya pun memutuskan untuk kembali pulang ke kampung saya.

Tiba di kampung, saya tidak memiliki pekerjaan. Daripada diam, saya menyibukkan diri di berbagai macam organisasi kepemudaan, semacam Karang Taruna. Saya ingin menggerakan pemuda di kampung saya agar lebih aktif dengan berkumpul. Ketika di Jakarta, saya melihat ada olahraga yang menggunakan bola dan dimasukan ke dalam keranjang tinggi, yang baru saya ketahu ketika itu nama olahraga tersebut adalah bola basket.

Saya bikin tempat bermain olahraga seperti itu di kampung. Dan ternyata pemuda-pemuda disini menyukainya. Pemuda di kampung saya lebih suka dengan sesuatu yang baru dan berbeda, kalau yang biasa-biasa saja mereka tidak tertarik. Maka berkumpul lah pemuda-pemuda di kampung saya itu. Dari kumpul-kumpul tersebut, kami coba bikin kegiatan yang lebih positif lagi. Kami coba bereskan kampung kami yang sebelumnya terlihat tidak begitu terawat. Ternyata, kami berhasil membereskan kampung kami, dan membuatnya menjadi lebih bersih dan nyaman. Hal ini membuahkan apresiasi dari orang-orang tua di sana.

Beres dari sana, saya memutuskan untuk kembali ke pasar, di mana saya pernah menjadi kuli di sana. Ketika itu saya baru menyadari ternyata banyak kuli di sana yang memiliki keahlian lain, selain mengangkat-angkat barang. Ada yang bisa menyetir kendaraan dan lain-lainnya. Saya pikir, kenapa mereka tidak menjadi tenaga ahli yang lain selain kuli. Ternyata, setelah saya cari tahu, mereka terbentur dengan persoalan ijazah ketika melamar pekerjaan yang lebih tinggi.

Untuk itu, karena saya bisa merasakan hal yang sama dengan mereka, karena saya sama-sama miskin dan tidak memiliki ijazah, maka saya coba bantu mereka.

Caranya bagaimana?

Caranya dengan mengumpulkan mereka dan saya bikin Sekolah Kejar Paket, bekerja sama dengan lembaga pengajaran di sana. Awalnya banyak buruh yang tertarik untuk ikut, tapi lama kelamaan semakin berkurang. Saya coba dengan cara lain, yaitu dengan menghadirkan guru-guru cantik, kuli-kuli itu pun kembali.

Di sana, saya juga menjadi siswanya. Walaupun sekolah tersebut saya yang bikin, dan saya juga ikut mengajar, saya juga menjadi murid di sana. Dan dari situlah akhirnya saya memiliki ijazah Paket A, untuk setara SMP, sama dengan kuli-kuli yang lain.

Saya kembali ke kampung dengan para pemuda di sana.Saya mencoba kembali untuk membentuk suatu kegiatan-kegiatan pemuda yang positif. Kami mencoba untuk berdagang dan lain-lain. Hasilnya pun ternyata tidak terlalu baik. Akhirnya, saya punya ide untuk bikin ruko bersama teman-teman. Modalnya hanya dari minta keringanan kebijakan ke toko material untuk memperkenankan mereka membeli bahan material dengan cara bayar mundur. Ruko selesai dan ada yang menyewa, baru kami bayar ke material.

Dari sana, saya dan rekan-rekan diberi penghargaan sebagai pemuda yang berprestasi. Kami diberikan hadiah komputer dari Dinas Pendidikan Sumatera Barat berkat hasil kerja keras kami. Awalnya, pemuda-pemuda di kampung belajar menggunakan komputer tersebut. Hingga akhirnya kami semua bisa menggunakan komputer tersebut. Bahkan kami juga menerbitkan sebuah buletin kampung yang nantinya dikirim ke beberapa orang kampung kami yang sedang merantau.

Atas keberhasilan tersebut, kami pun dipercaya untuk menjadi pengurus pasar di lingkungan kami. Kami diangkat menjadi pengurus pasar atas persetujuan warga, tokoh masyarakat, para perantau, dan beberapa pengurus pasar yang lama. Ternyata banyak bagian di pasar termasuk manajemennya yang perlu dibenahi. Saya coba keliling pasar-pasar di seluruh Sumatera Barat.

Beberapa waktu setelah itu, saya memutuskan untuk berhenti dari pasar. Hal tersebut diperkuat karena saya menikah dengan wanita pujaan saya. Setelah menikah, karena sesuai adat, saya harus ikut keluarga wanita. Maka saya hijrah ke keluarga istri saya di Baso. Baso ini terkenal sebagai kecamatan penghasil pisang di Sumatera Barat.

Namun ketika itu hampir seluruh ladang pisang di sana mengalami musibah. Pohon-pohon pisang di sana terserang penyakit yang mengakibatkan pohon tersebut menjadi mati. Alhasil, banyak lahan di sana yang terbengkalai, tidak ditanami apa-apa. Petani di sana pun bingung untuk mengembangkan ladang mereka. Akhirnya tak jarang dari mereka yang menjadi buruh tani di lahan orang lain.

Semenjak saya berada di Baso, saya lebih memilih untuk menanam jahe dan ubi jalar.Awalnya kegiatan saya tersebut dianggap hal yang aneh oleh orang-orang di sana. Namun, karena musibah yang menimpa landang pisang mereka, akhirnya mereka pun turut menanam jahe dan ubi jalar di ladang mereka.

Ternyata setelah itu, banyak petani di Baso yang beralih untuk bertanam ubi jalar, karena ubi jalar lebih mudah ketimbang pisang dan jahe. Ubi jalar yang dihasilkan di kampung kami itupun ternyata cukup baik. Pemerintah pun melihat hal tersebut dan lantas memberikan pelatihan kepada para petani di kampung kami bagaimana cara menanam ubi jalar.

Ketika sedang bertani tersebut, saya sering bertemu dan berkomunikasi dengan petani-petani lainnya. Dari hasil diskusi tersebut, saya mendapatkan keluhan-keluhan yang sama di antara petani-petani tersebut. Mereka selalu mengeluhkan permasalahan tentang modal. Mereka ingin memperluas kebun mereka dan meningkatkan hasil panen mereka, namun terkendala di urusan modal.

Saya coba bantu bikin koperasi, namun ditolak mereka karena sebagian besar dari mereka sudah tidak percaya lagi dengan koperasi. Mereka menganggap koperasi hanya menguntungkan para pengurusnya saja. Hanya ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara saja yang akan mendapatkan keuntungan.

Saya coba pikir-pikir lagi, apa yang bisa bikin para petani percaya dengan lembaga-lembaga semacam itu. Saya terpikir untuk membangun sebuah bank khusus bagi petani. Alasannya karena banyak petani yang percaya dengan sistem bank, namun mereka tidak berani ke bank. Bagi mereka, bank hanya diperuntukan bagi orang-orang yang rapi saja. Ditambah lagi, mereka tidak ingin menemukan ketentuan-ketentuan yang rumit dari bank.

Dari situ, saya bertekad untuk membuat bank. Langkah awal, saya berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya bagaimana cara untuk membuat bank. Saya pergi ke berbagai macam bank yang ada di Sumatera Barat. Saya datang ke berbagai macam seminar tentang perbankan. Padahal ketika itu saya tidak memiliki biaya yang banyak untuk mencari informasi mengenai perbankan ini. Benar-benar saat itu saya dan beberapa rekan-rekan saya, hanya bermodalkan semangat.

Pengalaman-pengalaman buruk sempat saya temui. Mulai dari kondisi perjalanan ke kota yang cukup jauh dan sulit, kehabisan uang, kena tilang, hingga dibohongi oleh pihak dari salah satu bank. Namun, semua terbayarkan ketika saya bertemu dengan orang dari Bank Indonesia di sebuah seminar yang diadakan oleh Bank Indonesia. Saya bertemu dengan Pak Yiyuk Herlambang, beliau banyak kasih bantuan informasi ke saya bagaiamana cara membuat bank. Selain itu, ada Pak Joni dari Dinas Pertanian Sumatera Barat yang turut membantu saya membentuk sebuah bank tani. Dari situlah akhirnya terbentuk sebuah lembaga keuangan bagi para petani di kampung kami.

Kami semua coba mengembangkan lembaga keuangan ini. Hingga akhirnya keluarlah sistem saham di lembaga keuangan kami tersebut. Bahkan, ketika awal, banyak saham yang terjual, hingga menyentuh angka Rp 15.000.000. Ketika itu harga saham per lembarnya adalah Rp 100.000. Meski begitu, ada beberapa petani yang membeli saham tersebut dengan cara menyicil. Hingga lama-kelamaan, secara resmi lembaga keuangan ini berdiri.

Pola kegiatan apa yang dipilih bagaimana pola pemberdayaan masyarakatnya?

Walaupun apa yang saya dan kawan-kawan bentuk ini bernama lembaga keuangan, namun secara prakteknya, lembaga ini lebih tepat disebut sebagai bank. Hanya karena terbentur oleh ketentuan dari Bank Indonesia bahwa untuk membentuk sebuah bank harus ada data di Bank Indonesia, maka lembaga ini pun dinamakan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani. Lembaga ini pun sahamnya dimiliki oleh para petani di sana. Yang mengelolanya adalah anak-anak muda, di mana sebagian besar dari anak muda tersebut adalah putra-putri dari petani di sana.

Di bank tani ini, ada beragam produk tabungan atau pinjaman yang berbasis sesuai dengan kebutuhan langsung para petani secara spesifik, seperti tabungan ibu hamil, tabungan pajak motor untuk pengojek, dan tabungan pendidikan anak, tabungan untuk persiapan pernikahan, dan lain-lain.

Sistem control yang diterapkan oleh LKMA ini cukup unik, karena disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di daerah LKMA masing-masing. Ada yang menggunakan Dato atau orang yang dituakan di kampung untuk dijadikan jaminan, hingga ada yang menerapkan pengumuman di masjid dan seluruh kampung bagi mereka yang melanggar perjanjian dengan LKMA. Alhamdulillah, sampai sajauh ini belum ada permasalahan dalam hal kontrol pinjaman dari LKMA.

Bagaimana liku-liku pemberdayaan?  Tantangan apa saja yang dihadapi saat melakukan pemberdayaan? 

Ada beberapa hal yang cukup sulit bagi saya dalam mengembangkan LKMA ini. Pertama, adalah kondisi saya ketika itu. Saya sudah punya keluarga ketika itu. Kondisi keluarga terutama perekonomian keluarga harus saya pikirkan. Saat itu, kondisi ekonomi saya dan keluarga tidak bisa dibilang baik, bahkan bisa dikatakan sedang goyah. Kemudian, saya harus bisa membagi waktu dengan keluarga. Tapi saya selalu berusaha untuk meyakinkan istri saya terutama, untuk bisa bersabar.

Hal sulit berikutnya adalah, meyakinkan para petani agar percaya dengan lembaga keuangan semacam ini. Tidak gampang meyakinkan orang Minang. Ada yang harus pakai berkelahi dulu, ada yang saling curiga. Tapi, lagi-lagi, saya coba untuk sabar. Saya berusaha untuk meyakinkan mereka lebih dalam lagi dan akhirnya mereka pun percaya terhadap lembaga keuangan ini.

Kemudian hal sulit lainnya adalah pekerjaan ini pekerjaan yang penuh rjsiko. Saya pergi ke mana-mana naik motor. Padahal jarak antar satu daerah ke daerah lainnya di sini cukup jauh dan menantang. Tapi, lagi-lagi, kembali ke awal, saya harus bersabar dalam menghadapi ini semua. Tidak cepat menyerah, maka hasilnya pun akan sesuai dengan yang diharapkan.

Hasilnya seperti apa, terutama jika dibandingkan dengan kondisi pada saat kegiatan ini dimulai dan kondisi saat ini? Kemajuan apa saja yang telah diperoleh?

Dulu, banyak lahan yang tidak tergarap oleh para petani di sini. Bahkan ada beberapa bagian yang cenderung terbengkalai. Namun sekarang, hampir semua lahan di sini digunakan untuk bertani.

Petani-petani di sini pun saat ini sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas di bank tani ini. Setiap petani sekarang sudah bisa mengembangkan lahan yang mereka garap. Selain itu, anak-anak muda di kampung-kampung, sekarang ini menjadi lebih aktif dengan bekerja di LKMA. Mereka pun bekerja layaknya para pekerja bank, dengan pakaian rapi.

Saat ini LKMA Prima Tani sudah memiliki 550 unit di seluruh wilayah Sumatera Barat, dengan total aset mencapai Rp 250 miliar. Seluruh unit LKMA telah mempekerjakan 1.500 anak-anak petani di kampung-kampung di Sumatera Barat. Mereka tidak memiliki sistem gaji dalam bekerja di sana. Namun, setelah 6 bulan bekerja, mereka bisa menentukan gaji mereka sendiri. Caranya? Dengan mencari nasabah sebanyak-banyaknya.

Apa target dan rencana ke depan untuk semakin meningkatkan pemberdayaan ini?

Saya menargetkan unit LKMA bertambah, setidaknya di wilayah Sumatera Barat. Yang saat ini ada 550 unit, saya ingin menjadi 1.100 unit. Saya juga menargetkan para petani dan unit di sini menjadi naik tingkat menjadi lebih besar. Dengan cara membentuk sebuah konsorsium yang sahamnya berasal dari unit-unit LKMA di berbagai daerah di Sumatera Barat.

Saya juga ingin memiliki jasa keuangan di sektor riil, terutama dengan membuat sebuah “Bulog” sendiri. Kemudian, kami ingin punya perusahaan sawah. Dengan jasa keuangan ini pula, kami ingin menjadi fasilitator pinjaman ke pihak-pihak ketiga. Saya juga ingin mengadakan produk asuransi dalam jasa keuangan ini. Intinya, saya ingin semua sawah dan ladang di sini, yang tidak tergarap menjadi tergarap.

Belum lagi beberapa rencana CSR kami yang mengarah ke bidang pendidikan petani. Kami ingin meningkatkan kapasitas para pemilik dan pengelola LKMA dengan mengadakan pelatihan-pelatihan rutin untuk meningkatkan kapasitas mereka.

Seperti apa governance dari kegiatan ini?  Bagaimana bentuk pertanggungjawaban dari dana-dana yang masuk?  Bagaimana laporan keuangan kegiatan ini?  Siapa yang mengontrol?

Semua yang mengelola LKMA ini adalah anak-anak petani, di mana orang tua mereka justru menjadi pemilik saham di sana. Jadi mereka bertanggung jawab kepada pemilik saham yang tidak lain dan tidak bukan adalah orang tua mereka sendiri. Layaknya perusahaan-perusahaan pada umumnya, di sini pun ada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (Didin Abidin Mas’ud)

Sumber: www.swa.co.id