Tampilkan postingan dengan label Khazanah Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khazanah Islam. Tampilkan semua postingan

10 Juni 2015

Marhaban ya Ramadhan, Mari Kita Bergembira

Tak terasa sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan tiba. Bulan yang Allah lipat gandakan setiap amal kebajikan, dosa-dosa dihapus dan derajatnya manusia ditinggikan. Maka diwajibkan terhadap hamba-hamba-Nya untuk berpuasa (shaum). 

Allah berfirman yang artinya; “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Al-Baqarah: 183)

Shaum (puasa) secara bahasa bermakna imsak (menahan). Secara syar’i yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa mulai terbitnya fajar shubuh hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat.

Maka tidaklah mengherankan jika hati kaum mu’minin secara serius menghadap kepada Allah Yang Maha Penyayang pada bulan Ramadhan, dengan penuh harapan akan pahala dan kemenangan pada bulan yang mulia ini.

Ramadahan Mubaarak, Ramadhan yang penuh keberkahan. Bulan dimana didalamnya terdapat "Lailatul Qadar" yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Apabila bulan Ramadhan tiba pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelengu. 


Barang siapa yang melakukan satu amalan sunnah dibulan ini, maka baginya bagaikan melaksanakan kewajiban. Barang siapa yang melakukan satu kewajiban, maka baginya 70 kali lipat ganjaran kewajiban di bulan lain.

Ramadhan disebut juga dengan bulan shabar, dimana orang yang sabar baginya surga. Puasa mengandung banyak hikmah dan faedah. Salah satu hikmahnya, orang yang berpuasa akan merasakan penderitaan lapar, maka ia akan merasakan atas penderitaan orang-orang fakir, sehingga timbullah rasa belas kasih dan uluran tanggan untuk meringankan kebutuhan mereka. 

Seperti kata pepatah; “orang yang naik kenderaan itu tidak akan mengetahui sensaranya pejalan kaki kecuali apabila ia jalan kaki.” 

Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka puasa, maka akan diampuni dosanya dan mendapatkan telaga "kautsar" kelak. 
Doa orang yang berpuasa tidak ditolak. 

Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagian, yaitu apabila ia berbuka puasa ia bergembira karenya, dan apabila ia bertemu dengan Tuhannya ia bahagia karena puasanya. Dalam berbagai hadits shahih menerangkan, bahwa puasa telah dikhususkan oleh Allah bagi diri-Nya, dan Dialah yang langsung memberikan pahalanya, dengan melipatgandakan pahalanya untuk yang berpuasa. 

Hadist menyebutkan, yang artinya; “Kecuali puasa, karena puasa adalah milik (bagi) Ku dan Aku memberikan pahalanya (Hr. Al-Bukhari).

Marhaban ya Ramadhan. Mari kita bergembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Semoga momentum Ramadhan kali ini tidak terlewatkan, dan sanggup kita memeliharanya agar mendapatkan 30 keutamaan di bulan Ramadhan. Semoga bermanfa’at.

05 Juni 2015

Di Puncak Ketenaran, Sang Superstar Peluk Islam


GampongRT - Cat Stevens merasakan betul bagaimana ketenaran justru membawa kegelisahan. Dia menemukan jawaban atas kegelisahannya pada Alquran, dan akhirnya Stevens memutuskan masuk Islam.

Ketenaran dan kekayaan tidak menjamin orang bisa hidup bahagia. Mungkin bagi sebagian orang ketenaran justru membuat semakin gelisah.

Hal ini dirasakan oleh musisi dunia era 70-an, Cat Stevens. Di tengah gelimang harta dan popularitas, Stevens justru merasa gelisah dengan keberadaannya di dunia ini.

Dia merasa bingung dan kerap bertanya siapa dia, mengapa terlahir ke dunia dan untuk apa?

Sejak kecil, Stevens sudah akrab dengan gemerlapnya dunia hiburan. Meski diajarkan untuk mengenal Tuhan, tapi Stevens sempat bingung karena tidak bisa melakukan kontak langsung dengan-Nya.

"Saya menerima ajaran itu, tapi tidak pernah memahaminya secara bulat-bulat," kata Stevens mengenang.

Meski merasa bingung dengan ajaran agama yang dianutnya, Stevens tetap menerimanya. Dia harus menghormati keyakinan orangtuanya.

Karena tumbuh di lingkungan industri hiburan, Stevens mulai menggeluti dunia musik dan melupakan kebingungan terhadap ajaran agamanya.

Di pikirannya saat itu hanya satu, menjadi bintang musik pop terkenal. Dia mulai menciptakan musik dan media massa mulai meracuni pikirannya.

"Saya pikir mungkin inilah Tuhan saya, mendapat uang sebanyak-banyaknya," kata Stevens.

Stevens lantas benar-benar menjadi penyanyi pop terkenal. Fotonya terpampang di mana-mana. Bahkan dia mulai terjerumus ke dalam narkoba dan minum-minuman keras.

Setelah setahun mencecap kesuksesan dan kenikmatan duniawi, Stevens jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itulah dia mulai berpikir apa yang baru saja terjadi? Apa saya hanya sepotong daging? Lalu mengapa hidup ini hanya untuk memuaskan daging rapuh ini?

"Saat itu saya baru sadar bahwa petaka itu merupakan berkah yang diberikan Allah untuk membuka mata saya," ungkap dia.

Stevens pun mulai melakukan pencarian spiritual. Karena saat itu di Barat sedang tren mempelajari hal mistis dari Timur, Stevens ikut mempelajarinya. Dia mulai sadar tentang kematian. Tetapi pertanyaan dalam hatinya masih mengganggunya.

Suatu hari, saudara Stevens baru pulang dari Yerussalem dengan membawa salinan Alquran. Saudara Stevens itu mengatakan saat di sana dia pergi ke sebuah masjid dan sangat terkesan karena ramai dikunjungi orang, seperti ada denyut kehidupan di dalamnya.

"Meski dia tidak masuk Islam, dia mengatakan ada sesuatu dalam agama ini (Islam). Dia memberikan Alquran itu kepada saya," terang dia.

Setelah menerima Alquran pemberian saudaranya, Stevens membacanya dengan antusias. Saat itulah dia merasa telah menemukan agama yang benar. Agama yang tidak seperti pandangan masyarakat Barat selama ini bahwa agama itu hanya untuk orang-orang tua.

"Di Barat, jika ada orang memeluk agama dan menjadikannya sebagai gaya hidup, maka akan dibilang fanatik."

Sejak mengetahui kandungan Alquran, satu-satunya keinginan Stevens adalah menjadi seorang Muslim. Dari Alquran dia tahu bahwa semua nabi dan rasul yang dikirim Allah adalah untuk menyampaikan pesan yang sama.

"Saya menemukan Alquran berbeda. Ada keindahan di dalamnya. Alquran melarang menyembah bulan atau matahari tapi menyuruh untuk merenung dan mempelajarinya."

Stevens kemudian melanjutkan membaca Alquran. Dia menemukan masalah salat, sedekah dan perbuatan baik lainnya.

Meski belum menjadi seorang Muslim, Stevens merasa Alquran adalah jawaban dari pemikiran-pemikiran yang selama ini mengganggunya dan Allah telah mengirimkan jawaban kepadanya melalui Alquran.

Stevens kemudian menemui seorang Muslimah bernama Nafisa dan mengatakan bahwa dia ingin masuk Islam. Nafisa mengajak Stevens ke Masjid New Regent.

Ketika itu tahun 1977, satu setengah tahun sesudah dia membaca Alquran pemberian saudara lelakinya. Pada hari Jumat, setelah salat Jumat, Yusuf menemui imam masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Stevens pun menjadi seorang Muslim dan berganti nama menjadi Yusuf Islam. Dia tetap bermusik, dan menjadikan lagu-lagunya sebagai media dakwah. 

(Sumber: onislam.net /dream)

04 Juni 2015

Ayo Jemput 30 Keutamaan di Bulan Suci Ramadhan

“Saumu” (Puasa) menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, dan menahan ucapan yang tidak bermanfaat dan berguna. 

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang kelima. Hukumnya fardu ‘ain atas tiap-tiap mukallaf (baliq dan berakal). Syarat wajib puasa; berakal dan baliq yakni sudah berumur 15 tahun keatas, dan kuat berpuasa.

Puasa tidak wajib bagi orang gila sampai ia sembuh, anak-anak yang belum baliq, orang yang sedang tidur sampai ia terbangun. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah S.w.a yang artinya; “Tiga orang terlepas dari hukum, yaitu orang yang sedang tidur hingga ia terbangun, orang gila sampai ia sembuh, anak-anak sampai ia baliq”. (Riwayat Abu Dawud dan Nasai)

Syarat sah puasa; Islam, Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik), suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan), berpuasa pada waktu yang dibolehkan dan dilarang berpuasa pada dua hari raya dan hari Tasyriq (tanggal 11-12-13 bulan Haji).

Fardu (Rukun) puasa; niat pada malam hari (pada tiap-tiap malam) sebelum terbit terbit fajar. Kemudian menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Yang membatalkan puasa; Makan dan minum, muntah yang disegaja, bersetubuh (di siang hari bulan Ramadhan), keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sehabis melahirkan), gila, dan keluar mani dengan segaja (baik bersetubuh dengan perempuan sah atau lainnya).

Ayok kita jemput 30 keutamaan di bulan suci Ramadhan, berikut keutamaan tiap-tiap malamnya: 
  1. Malam pertama; Orang mukmin keluar dari dosanya, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
  2. Malam kedua; tiap-tiap umat Muhammad akan diampuni dosanya, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
  3. Malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat”.
  4. Malam keempat; dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
  5. Malam kelima; Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
  6. Malam keenam; Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
  7. Malam ketujuh; seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir’aun dan Hamun (Haman).
  8. Malam kedelapan; Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Allah berikan kepada Nabi Ibrahin a.s.
  9. Malam kesembilan; seolah-olah ia beribadat kepada Allag Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi SAW.
  10. Malam kesepuluh; Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
  11. Malam kesebelas; ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
  12. Malam keduabelas; ia datang pada hari kiamat dengan wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
  13. Malam ketigabelas; ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
  14. Malam keempat belas; para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
  15. Malam kelima belas; ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
  16. Malam keenam belas; Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
  17. Malam ketujuh belas; ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
  18. Malam kedelapan belas; seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”
  19. Malam kesembilan belas; Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
  20. Malam kedua puluh; Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
  21. Malam kedua puluh satu; Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
  22. Malam kedua puluh dua; ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
  23. Malam kedua puluh tiga; Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
  24. Malam kedua puluh empat; ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
  25. Malam kedua puluh lima; Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
  26. Malam keduapuluh enam; Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
  27. Malam keduapuluh tujuh; ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
  28. Malam keduapuluh delapan; Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
  29. Malam kedua puluh Sembilan; Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
  30. Dan pada malam yang terakhir, Allah berfirman; ”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari iar Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku” (HR Majalis).

02 Januari 2015

Masyarakat Gampong Riseh Tunong Peringati Hari Pang Ulee Nabi

GampongRT - Dalam rangka memperingati hari kelahiran Pang Ulee yang jatuh pada 12 Rabiul Awwal 1436 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 3 Januari 2015, masyarakat gampong Riseh Tunong mengadakan sejumlah kegiatan dalam rangka memuliakan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Pada malam hari kegiatan diawali dengan shalawat, zikir dan syair-syair mengagungkan Allah SWT dan mendoakan keselamatan untuk Rasulullah SAW keluarga beserta shahabat serta untuk seluruh umat Islam yang dibawakan para remaja putra maupun putri dan santri Dayah Hadikatul Ilmi yang dipusatkan di halaman Meunasah gampong Riseh Tunong kecamatan Sawang kabupaten Aceh Utara.

Keuchik gampong Riseh Tunong, Buchari Budiman mengharapkan melalui momentum peringatan Maulid tahun 2015 umat muslim khusunya masyarakat dan generasi muda Islam gamping Riseh Tunong untuk senantiasa meneladani cara-cara hidup yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai tauladan terbaik bagi semesta alam, "harapnya

Aceh adalah provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam banyak tradisi budaya yang berkembang dalam masyarakat, momentum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh merupakan yang terbesar dan berlangsung lama yaitu selama tiga bulan. Khanduri Maulod (kenduri Maulid) pada masyarakat Aceh terkait erat dengan peringatan hari kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW, utusan Allah SWT yang terkahir pembawa dan penyebar ajaran agama Islam.

Masyarakat Aceh sebagai penganut mayoritas agama Islam melaksanakan kenduri maulid setiap bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal. Kenduri maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal disebut maulod awai (maulid awal) dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal sampai berakhir bulan Rabiul Awal. 

Sedangkan kenduri maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir disebut maulod teungoh (maulid tengah) dimulai dari tanggal 1 bulan Rabiul Akhir sampai berakhirnya bulan Rabiul Akhir tersebut. Selanjutnya, kenduri maulid pada bulan Jumadil Awal disebut maulod akhee (maulid akhir) dan dilaksanakan sepanjang bulan Jumadil Awal.

Sejarah Asal Mula Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW

Menurut kamus bahasa arab peringatan Maulid Nabi disebut Mawlid an-Nabi yaitu peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal, 12 Rabiul Awwal dalam penanggalan Hijriyah, sebagai sebuah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Pang Ulee Nabi sebagai utusan Allah yang paling sempurna.

Menurut sebuah referensi asal mula peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.

Serangan Perang Salib atau The Crusade berlangsung sekitar tahun 1099 M. Pada masa tersebut, tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.

Oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi ketika ia menjabat menjadi seorang gubernur pada tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub. Dia mengatakan; bahwa semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu seharusnya dirayakan secara massal.

Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H (1183 Masehi), Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.

Kesimpulan yang dapat dipetik adalah peringatan merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW bukanlah bid’ah. Karena dalam kitab Madarirushu’ud Syarhul Barzanji sudah dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syqfa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Pun diaminkan pula oleh Umar bin Khattab. “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”

21 Desember 2014

Cara Menyelamat Diri dari Bencana Menurut Islam (Catatan 10 Tahun Tsunami Aceh)

10 tahun yang lalu tepatnya pada Minggu, 26 Desember 2004 di bumi Aceh terjadi musibah dan bencana yang sangat dahsyat. 

Musibah dan bencana tersebut telah menyebabkan ratusan ribu rakyat Aceh meninggal dunia, ratusan ribu rumah penduduk dan inprastruktur publik Aceh hancur oleh gempa bumi dan gelombang Tsunami.

Alhamdulillah masyarakat Aceh, Allah berikan jiwa yang tegar dan sabar atas musibah tersebut. Buah dari kesabaran dan ketegaran, sehingga dalam hitungan hari berbagai bantuan datang baik dari dalam negeri maupun dari berbagai penjuru dunia, mulai dari benua Arab, China, Eropa, bahkan sampai dari benua Hindia.

Hari demi hari dan bulan berganti tahun, berlahan-lahan masyarakat Aceh terus bangkit memperbaiki diri dari pora-poranda Tsunami dan "kini Aceh sudah lebih indah dari sebelumnya". Sebagai ungkapan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan oleh bangsa-bangsa di dunia, khususnya masyarakat Indonesia. 

Pemerintah bersama masyarakat Aceh menggelar Peringatan 10 Tahun Tsunami Aceh yang dipusatkan di Kota Banda Aceh, pada 25-28 Desember 2014. Harapan kita, peringatan musibah tsunami tahun ini, tidak sekedar acara serimonial saja, tapi harus ada langkah maju dalam penanganan kebencanaan baik kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana yang lebih baik untuk tahun-tahun selanjutnya, mengingat bencana dan musibah tidak pernah luput dalam kehidupan manusia.

Karena sudah merupakan sunnatullah bahwa kehidupan manusia di dunia ini tidak pernah luput dari pada cobaan, bencana dan musibah dengan segala macam bentuknya, mulai dari bencana ketakutan karena adanya hura-hara, bencana alam, gunung meletus, bencana kelaparan karena kekurangan makanan akibat kemarau yang berkepanjangan atau kemiskinan yang berlebihan sampai dengan musibah kematian dengan cara yang biasa sampai dengan yang mengerikan.

Dalam momentum memperingati 10 tahun musibah dan bencana Tsunami. Dalam Al-Qur’an dan Sunnah kita akan menemukan beberapa isyarat dan petunjuk yang dapat menyelamatkan kita dari bencana dan musibah. 

Berikut cara menyelamatkan diri dari musibah dan bencana menurut Islam yang dikutip dari berbagai referensi, antara lain:  

1. Istighfar dan Taubat 

Mereka yang senantiasa beristighfar dan minta ampun bertobat kepada Allah dari segenap dosa yang dilakukannya, baik secara sadar ataupun tidak akan senantiasa mendapatkan perlindungan Allah swt dari bencana dan musibah. Allah swt berfirman: “Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang engkau (wahai Muhammad) berada diantara mereka, dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka senantiasa istighfar minta ampun” (Al-Anfal 4.33).

Istighfar dan taubat merupakan benteng utama yang akan menyelamatkan seseorang dari bencana dan musibah, karena pada umumnya bencana dan musibah itu timbul adalah akibat dari dosa manusia, Allah swt. berfirman : 

“Dan apa saja musibah yang menimpa dirimu, maka adalah disebabkan karena dosa-dosamu, dan Allah memaafkan sebahagian dari dosa-dosamu” (As-Syura 42:30).

2. Meningkatkan Iman dan Taqwa

Meningkatkan Iman dan Taqwa merupakan benteng yang dapat menyelamatakan kita dari bencana dan musibah serta akan membawa kita kepada kehidupan yang penuh berkat, Allah berfirman :

“Kalau penduduk suatu negeri senantiasa beriman dan bertaqwa, niscaya akan Kami bukakan bagi mereka pintu keberkatan dari langit dan bumi, namun apabila mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami akan menyiksa mereka karena tingkah laku mereka itu” (Al-A’raf 7:96)

3. Mensyukuri Nikmat Allah dan Menjauhkan diri dari Kufur Nikmat

Mensyukuri nikmat Allah akan membawa berkat dalam kehidupan dan sekaligus merupakan benteng yang akan menyelamatkan seseorang dari bencana dan musibah, sebaliknya kufur terhadap nikmat Allah akan mengundang siksaan yang sangat dahsyat dari Allah karena bencana dan musibah yang diturunkanNya, Allah berfirman :

“Dan ingatlah ketika Tuhan mu memaklumkan: Sungguh jika kamu mensyukuri nikmatKu, niscaya akan aku tambah (nikmat) pada mu, dan jika kamu kufur pada nikmat yang Aku berikan, niscaya azabku sangat pedih” (Ibrahim 14:7)

Kufur nikmat adalah, semakin banyak nikmat Allah yang diterima semakin jauh pula dia dari Allah, kufur nikmat artinya juga mempergunakan nikmat pemberian Allah hanya untuk kepuasan hawa nafsu, bukan untuk hal-hal yang diridhai Allah.

Dalam Al-Quran Allah menggambarkan suatu negeri yang penuh dengan nikmatNya, akan tetapi karena penduduk negeri tersebut kufur terhadap nikmat Allah maka negeri itupun akhirnya ditimpa bencana dan musibah, seperti yang difirmankan Allah di dalam Al-Qu’an:

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezki datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya kufur pada ni’mat-ni’mat Allah; karena itu Allah menimpakan kepada mereka bahaya kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat” (An-Nahl 16:112).

4. Menjauhkan diri dari Hedonisme 

Gaya kehidupan hedonisme yang hanya mengejar kemewahan materi, hidup glamour penuh gembira ria sepanjang hari dengan aneka ragam hiburan yang mengundang maksiat akan mengundang kemurkaan Allah dan menimbulkan bencana serta musibah yang menghancur leburkan suatu negeri. Sebagaimana diperingatkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim:

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang suka hidup mewah (berfoya-foya) dinegeri itu agar ta’at kepada Allah swt. namun mereka melakukan kedurhakaan (kefasikan) dalam negeri itu. maku sepantasnya berlaku pada mereka ketetapan hukum, maka Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (Al-lsra’ 17).

Al-Qur’an menggambarkan diantara penyebab dimasukkannya seseorang kedalam neraka kelak adalah kehidupan mereka yang suka berfoya foya dan bergembira ria dengan beraneka hiburan dan tontonan mengejar kepuasan hawa nafsu belaka, senda gurau tanpa batas, sementara ibadah mereka abaikan, Allah berfirman :

“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan berteriak histeris: “Celakalah aku!”. Dan dia akan masuk neraka yang bernyala-nyala. Sesungguhnya dia dahulu didunia suka hidup bergembira ria. Sesungguhnya dia menyangka tidak akan kembali kepada Tuhannya” (Al-Insyiqaaq 84; 10-14)

“Apa sebab kamu sampai masuk neraka saqar? Mereka menjawab” Karena dahulunya kami tidak termasuk orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak pula memberi makan orang miskin. Dan kami suka berbicara yang bathil, bersama dengan orang yang membicarakannya. Dan kami juga mendustakan hari pembalasan. Sehingga datanglah pada kami kematian” (Al-Mudatsir 74:42-47)

5. Menegakkan Amar Ma'ruf 

Menegakkan da’wah amar ma’ruf, mengajak “manusia untuk mengamalkan ayat-ayat Allah, menegakkan yang haq, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga mengajak orang-orang sekitanya merupakan salah satu benteng pengaman diri dari bencana dan musibah akibat kemurkaan Allah swt.

Allah tidak akan membinasakan suatu negeri apabila dalam negeri tersebut masih terdapat orang-orang yang punya kepedulian da’wah, mengajak masyarakatnya untuk menegakkan syari’at secara kaaffah, Allah berfirman :

“Dan tidaklah Tuhanmu akan membinasakan suatu negeri secara zalim sedang penduduk negeri itu senantiasa melakukan perbaikan (amar ma’ruf)” (Hud 11:117).

6. Mencegah Kemungkaran 

Disamping menegakkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran atau kemaksiatan ditengah masyarakat merupakan salah satu benteng yang akan menyelamatkan kita dari bencana dan musibah, Allah berfirman :

“Allah mengutuk orang-orang kafir dari Bani lsrail dengan lisan Daud dan Isa bin Maryam. Yang demikian itu karena kedurhakaan mereka dan tingkah laku mereka yang melampaui batas. Mereka tidak punya kepedulian untuk niencegah kemungkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat” (Al-Maidah 5: 78-79)

“Menurut keterangan Hudzaifah bin Yaman, bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda: “Demi Yang diriku ditanganNya, hendaklah kamu menegakkan yang ma’ruf dan hendaklah kamu mencegah yang mungkar, atau akan datang masanya Allah menurunkan hukuman (bencana) kepadamu, lalu kamu berdo’a namun Allah tidak akan memperkenankan do’amu itu” (HR. Ahmad & Turrmudzi)

“Menurut keterangan Aisyah ra. Saya pernah mendengar Rasulullah saw. besabda: “Tegakkanlah yang ma’ruf dan cegahlah kemungkaran sebelum datang masanya kamu berdo’a namun tidak diperkenankan Allah do’amu” (HR.Ibmu Majah).

7. Mencegah Kedzaliman 

Kedzaliman merupakan salah satu pemicu kemurkaan Allah SWT. Dalam sebuah hadist qudsi Allah berfirman :

“Wahai hambaku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman pada diriKu, dan Akupun mengharamkan untuk sesama kamu, maka janganlah kamu saling mendzalimi” (HR.Muslim dari Abi Dzar al-Ghifariy).

“Dan tidaklah Kami membinasakan suatu negeri melainkan apabila penduduk negeri itu berlaku dzalim” (Al-Qashah 28:59).

Dalam Al-Quran Allah swt. meperingatkan bahwa betapa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah swt pada masa yang lalu karena kedzaliman yang telah merajalela di tengah negeri itu.

“Betapa banyak negeri yang Kami binasakan penduduknya karena mereka berbuat dzalim, maka tembok-tembok negeri itupun roboh menutupi atapnya, dan betapa banyak pula sumur-sumur yang telah ditinggalkan, demikian juga istana-istana yang megah (pun ditinggalkan)” (Al-Haj 22: 45).

Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat-ayat diatas selain penganiayaan atau tindakan sewenang wenang yang berkuasa terhadap rakyat, atau kesewenangan yang kaya terhadap orang miskin, orang yang kuat terhadap yang lemah, menurut terminologi Al-Qur’an kemusyrikan juga termasuk kedzaliman, bahkan termasuk induk kemusyrikan sebagaimana wasiat Luqmanul Hakim pada anaknya:

“Dan ingatlah ketika Luqman berwasiat kepada anaknya diwaktu dia memberikan pengajaran kepadanya: Wahai. Anakku ! Janganlah kamu mempersekutukan Allah karena kemusyrikan itu merupakan kedzaliman yang besar” (Luqman 31: 13).

Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. Apabila tulisan ini bermanfaat silahkan disebarkan. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal untuk akhirat kelak. Dan semoga saudara-saudara kita korban musibah Gempa dan Tsunami diampuni dosanya dan Allah masukan dalam Syurga-Nya.

20 November 2014

Inilah Kisah Yang Tak Pernah Bosan Kita Membacanya

Isyarat wafatnya Rasulullah diawali dengan turunnya Surah AI-Maidah ayat 3. Pada hari Jumat, atas perintah Allah. Turunlah Malaikat Jibril alaihissalam dan langsung berkata:

“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah s.w.t. dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu”. 

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah terakhir, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. 

Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala mewahyukan kepada malaikat lzrail: “Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut rohnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut. 

Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku.”

Sesudah Malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah, maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badui.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah sambil membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, sepertinya baru kali ini aku melihatnya," tutur Fatimah dengan perkataan yang sangat lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. 

Fatimah, anakku. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. 

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. 

"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu wahai kekasih Allah, " kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. 

Wahai kekasih Allah, "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. 

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan mukanya. 

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

Bukan ya Rarasulullah, "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu! Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku". "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatii? " "Umatku, umatku, umatku". Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma shalli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. 
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Bersyukurlah Anda masih bisa membaca kisah ini. Semoga di hari akhirat nanti yang menyebarkan kisah ini memporeh syafa'at dari kekasih Allah, Muhammad SAW.

Berbagilah kisah ini kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

05 Oktober 2014

Kelembutan Wanita Bukanlah Suatu Kelemahannya

Ilustrasi: IST

"Jangankan lelaki biasa, seorang Nabi pun akan merasakan kesunyian tanpa hadirnya seorang wanita di sampingnya." 

Tanpa wanita, pikiran dan perasaan lelaki akan merasakan kegelisahan. Akan halnya Nabi Adam yang masih membutuhkan hadirnya seorang wanita walaupun di dalam Surga telah tersedia segalanya. Namun tetap saja Nabi Adam merindukan Siti Hawa.

Wanita memang tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Tugas lelaki-lah untuk meluruskannya. Maka luruskanlah wanita itu dengan cara yang baik. Dengan jalan yang ditunjuk oleh Allah. Karena mereka memang diciptakan sebegitu rupa. Didiklah mereka dengan panduan dari-Nya.

Jangan mencoba memanjakan mereka dengan harta..
Karena nantinya mereka akan menjadi lupa segalanya..

Jangan hibur mereka dengan kecantikan semata.
Karena nantinya mereka akan menderita..

Kenalkan mereka kepada Allah. Kenalkan mereka kepada Dzat yang kekal. Karena di situlah sebenarnya letak puncak kekuatan dan keindahan dunia..

Akal wanita yang setipis rambutnya.
Maka tebalkan ia dengan ilmu..

Hati wanita yang serapuh kaca.
Maka kuatkan ia dengan iman..

Perasaan wanita yang selembut sutera.
Maka tuntunlah ia dengan akhlaq mulia..

Suburkanlah ia, karena dari situlah nantinya mereka akan melihat nilai keadilan Rabb-Nya..

Bisikkan pada telinga mereka bahwa kelembutan bukanlah suatu kelemahannya. Bukan pula bentuk diskriminasi Allah terhadap wanita. Akan tetapi sebaliknya, disitulah bukti kasih sayang Allah terhadapnya..

Wanita yang lupa akan hakikat kejadiannya pasti tidak akan terhibur dan tidak akan menghiburkan. Tanpa iman, ilmu dan akhlaq mulia mereka tidak akan pernah lurus. Bahkan bisa jadi akan semakin membengkok. Itulah yang akan terjadi jika wanita tidak dikenalkan kepada Rabbnya.

Untuk lelaki juga jangan hanya mengharapkan ketaatan wanita semata. Tapi berilah ia suri tauladan dengan sikap kepemimpinan yang bisa dijadikan contoh.

Pastikan sebelum meminta wanita menuju ke jalan-Nya, Pimpinlah diri sendiri terlebih dahulu menuju kepada-Nya. Jinakkan diri sendiri terlebih dahulu kepada Allah. Niscaya akan jinaklah wanita dibawah kepemimpinanmu.

Pepatah Berkata: "Jangan mengharapkan mempunyai istri semulia Fatimah jika dirimu tidak sehebat Ali bin Abi Thalib". (Dikutip dari: google+)

04 Oktober 2014

Idul Qurban, Hari Kebebasan dari Keterikatan Dunia

 AFP Images
Dalam ulasan singkat ini akan dibahas mengenai filsafat berkurban di Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Idul Qurban adalah hari penyerahan dan penghambaan kepada Allah Swt. Hari besar tersebut merupakan perayaan kedekatan kepada Tuhan Semesta Alam yang memiliki arti pemutusan segala bentuk keterikatan dan ketergantungan kepada dunia. Untuk itu, kami mengucapkan selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H.

Tak diragukan lagi, terdapat banyak rahasia dan poin-poin penting dan informatif yang terkandung dalam hukum-hukum Islam. Ibadah haji juga meliputi serangkaian program, ritual dan manasik khusus, di mana setiap dari mereka memiliki rahasia dan misteri masing-masing.

Salah satu amalan haji adalah berkurban di Hari Raya Idul Adha. Terdapat banyak pandangan mengenai filsafat penyembelihan hewan kurban. Mungkin dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan berkurban adalah sebagai cara untuk menguji manusia atas harta dan kekayaannya di jalan Tuhan.  

Dalam tradisi berkurban, manusia akan mempersembahkan sebuah hadiah berharga kepada sang kekasih dengan penuh keridhaan. Ia akan memutus leher ketamakan dalam dirinya dan mengorbankan kekayaannya untuk dikorbankan. Ketahuilah bahwa daging dan darah kurban tidak akan pernah sampai kepada Allah Swt, namun yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan dan kepatuhan orang yang berkurban, dan ketakwaan tersebut yang menyebabkan ia tumbuh dan menjadi sempurna.

Dalam Surat Al-Hajj ayat 37, Allah Swt berfirman, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan daripada kalianlah yang dapat mencapai keridhaan-Nya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Terkait betapa bernilai dan agungnya berkurban, Imam Ali as berkata, “Jika masyarakat mengetahui apa pahala berkurban di Hari Raya (Idul Adha) maka mereka akan berhutang dan melakukan kurban, sebab dengan tetesan pertama darah kurban, pelaku kurban akan diampuni dosanya.”

Hari Raya Qurban datang setelah perolehan makrifat di Arafah, penyadaran di Masy'aril Haram serta munculnya impian dan harapan di tanah Mina. Idul Adha adalah hari pembebasan dari segala jenis keterikatan dan ketergantungan kepada dunia, dan bebas dari segala hal selain Tuhan. Pada hari ini, semua yang berhubungan dengan dunia dikorbankan supaya menjadi ringan untuk meniti jalan kedekatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, setiap orang harus mengoreksi dirinya tentang apa yang menyebabkannya bergantung pada dunia dan menjauhkan diri dari Tuhan.

Terdapat banyak rintangan, bahaya dan ujian berat dalam menelusuri jalan penghambaan kepada Tuhan. Nabi Ibrahim as yang telah bertahun-tahun menanti kelahiran Ismail as mendapatkan ujian besar dari Allah Swt untuk mengorbankan putranya tersebut. Doa Nabi Ibrahim as untuk memiliki Ismail tertera dalam Surat As-Saffat ayat 100. Allah Swt berfirman, "Ya Rabbku! Anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. "

Setelah menunggu selama bertahun-tahun, akhirnya Allah Swt menganugerahkan kepada Ibrahim as seorang putra bernama Ismail as. Namun ketika ia telah tumbuh dewasa dan mencapai usia baligh, Allah Swt memerintahkan Ibrahim as untuk menyembelih Ismail as. Perintah tersebut diperoleh beliau dari mimpi-mimpinya yang berulang kali.

Mengingat mimpi para nabi adalah benar, maka Nabi Ibrahim as yakin harus melaksanakan perintah tersebut. Beliau mengutarakan mimpi itu kepada putranya. Ismail as yang disifati dalam al-Quran sebagai seorang penyabar, mengamini apa yang diperintahkan oleh Allah Swt kepada ayahnya, Ibrahim as.

Peristiwa tersebut dijelaskan dalam al-Quran Surat As-Saffat ayat 102. Allah Swt berfirman, "Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!, maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Meski setan telah mengerahkan segenap upaya dan tipu dayanya untuk menghalangi Nabi Ibrahim as mengerjakan perintah Allah Swt itu, namun setan tetap tidak mampu mencegahnya. Nabi Ibrahim as dan Ismail as memutuskan untuk melaksanakan tugas berat tersebut dan bergegas menuju tempat penyembelihan. Nabi Ibrahim as kemudian menggesekkan pisau tajam ke leher Ismail as. Namun, setiap kali pisau itu digesekkan ke leher Ismail as, dengan izin Allah Swt pisau itu tidak mampu melukai lehernya. Nabi Ibrahim sangat terkejut dengan peristiwa itu.

Akhirnya Nabi Ibrahim as lolos atas ujian berat untuk mencapai keridhaan Allah Swt. Berkat upayanya untuk bertekad memenuhi perintah Allah Swt dan tidak menuruti bisikan-bisikan setan, beliau berhasil melalui ujian tersebut dengan sukses dan mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan. Allah Swt memberikan pahala besar kepada Nabi Ibrahim as atas kesuksesan itu. Dalam Surat As-Saffat ayat 109-110, Allah Swt memuji Ibrahim as dan berfirman, "Kesejahteraan (dari Kami) dilimpahkan atas Ibrahim." Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. "

Dengan mengingat dan mengenang pengorbanan dua jawara tauhid -Nabi Ibhrahim dan Ismail as- Hari Raya Qurban menjadi simbol ketundukan kepada perintah-perintah Allah Swt yang dipertunjukkan kepada para pencari kebenaran. Hari raya tersebut mengajarkan kepada kita bahwa orang yang beriman tidak hanya cukup membenarkan Keesaan Tuhan dan risalah Nabi-Nya saja, tetapi juga sepenuhnya patuh dan tunduk kepada-Nya.

Kalimat indah "Labbaik Allahumma Labbaik" yang dilantunkan oleh para jamaah haji, pada dasarnya adalah pernyataan ketundukan, kepasrahan, penyerahan dan penghambaan kepada Tuhan. Hal tersebut selaras dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. Dalam Surat al-An`am ayat 162, Allah Swt berfirman, "Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku (amal ibadahku, yaitu ibadah haji dan lain-lainnya), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam."

Berkurban memiliki hukum-hukum dan syarat-syarat tertentu. Orang yang melakukan kurban harus Muslim dan memulainya dengan nama Allah Swt. Hewan kurban harus dihadapkan ke kiblat. Semua tata cara tersebut memiliki makna dan simbol, namun hanya mempunyai satu tujuan, yaitu penghambaan kepada Tuhan.

Menghadapkan hewan kurban ke kiblat mengajarkan kepada kita bahwa sebelum bergerak di jalan kesempurnaan untuk menuju kedekatan dan keridhaan Allah Swt, kita harus menemukan kiblat terlebih dahulu, yaitu arah kita untuk menghadap-Nya. Artinya kita harus bergerak hanya menuju ke arah Tuhan dan mengabaikan arah lainnya. Kita melepaskan diri dari pusat kekuasaan, ketenaran dan hawa nafsu lainnya.

Sementara orang yang melakukan kurban harus Muslim memiliki arti bahwa Muslim adalah orang yang telah sampai pada tahap penyerahan dan ketundukan. Kita harus seperti Nabi Ibrahim as, sehingga kita mampu menyembelih Ismail as sebagai simbol harta dan kekayaan yang paling kita cintai dan paling berharga dalam hidup kita.

Jika kita belum sampai pada tahap tunduk dan patuh, kita tidak akan memperoleh manfaat dari berkurban. Sebab kurban tersebut seperti hadiah dan persembahan yang diberikan oleh Habil dan Qabil kepada Allah Swt. Persembahan Habil diterima karena ia sepenuhnya tunduk kepada perintah-Nya dan memilih barang yang paling berharga untuk dikurbankan, sementara hadiah Qabil ditolak.

Idul Qurban merupakan peringatan atas epik pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail as dan hari untuk mengenang peristiwa besar itu. Semua manusia di setiap masa harus bergabung di kelas Ibrahim dan Ismail as sebagai pembimbing besar tauhid. Mereka harus mengambil pelajaran dari pengorbanan kedua manusia agung tersebut dalam meniti jalan keridhaan Allah Swt. Sebab, melepaskan ketergantungan kepada dunia dan jihad melawan hawa nafsu lebih sulit dibandingkan dengan menghadapi musuh nyata.

Sebagian mufassir menafsirkan arti “membunuh” dalam Surat al-Baqarah Ayat 54 adalah membunuh hawa nafsu. Dengan demikian, berkurban dari pandangan irfan adalah rahasia meninggalkan hawa nafsu dan bergerak menuju keridhaan Allah Swt.  

Amalan lain di Hari Raya Idul Adha adalah memberikan makan kepada orang lain. Amalan tersebut juga dalam rangka membenahi diri. Ketika seorang peziarah Baitullah memberikan hadiah kepada sahabatnya dengan penuh ikhlas dan cinta, maka dia sama halnya dengan mengekang hawa nafsunya. Ia akan terbebas dari kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu yang merugikan dirinya dan orang lain. 

Sumber: IRIB Indonesia