Beliau Abdurrahman bin ‘Auf juga termasuk dalam sepuluh shahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan masuk surga.
Sebagaimana shahabat lain yang masuk Islam pada awal dakwah, beliau tidak luput dari tekanan dan penyiksaan dari kaum kafir Quraisy. Namun, beliau tetap kokoh dan teguh. Bersabar mempertahankan hidayah.
Beliau juga termasuk kedalam enam orang shahabat yang dipilih oleh Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu untuk bermusyawarah dalam pemilihan khalifah sesudah beliau.
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu termasuk shahabat yang menjadi pelopor bagi orang-orang yang hijrah ke Madinah. Beliu dikenal dengan sosok yang kuat, walaupun dalam keberangkatannya ke Madinah tanpa dibekali apapun.
Sesampainya para sahabat di Madinah, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari radhiyallahu ‘anhu dan persahabatan keduanya terjalin begitu kuat.
Hingga pada suatu hari Sa’ad bin Rabi’ berkata pada Abdurrahman. Wahai saudaraku, “silahkan ambil separuh hartaku untukmu.” Namun, apa jawaban Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu?
Dengan halus seraya berkata, “Terima Kasih, sahabatku". Semoga Allah, memberkahi hartamu. Sekarang tunjukkan saja padaku di mana letaknya pasar!”
Singkat riwayat. Mulai sejak itu beliau berwirausaha "dengan tanpa modal" sehingga menjadi salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kaya raya.
Walaupun beliau sudah sangat kaya raya, namun karena jiwanya yang penuh iman dan takwa, sehingga apabila beliau berada di tengah-tengah budaknya, orang tidak dapat membedakan di antara mereka, mana yang majikan dan mana yang budak. Demikian sikap tawadhu’ dan wara’ yang beliau miliki.
Beliau radhiyallahu ‘anhu meninggal pada tahun 32 Hijriyah dalam umur sekitar 76 tahun. Beliau radhiyallahu ‘anhu dimakamkan di Baqi’. Sebelum meninggal, beliau ditawari oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk dimakamkan di dekat makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar. Namun, beliau menolaknya karena rasa malu.
Sungguh menakjubkan sikap yang ditunjukkan oleh Abrurrahman bin Auf, beliau lebih memilih untuk memulai usaha dari nol dari pada menerima pemberian orang lain.
Inilah sikap yang harus ditiru oleh para wirausahawan, terutama oleh para pemuda-pemuda Islam yaitu: "Sikap Berani untuk Memulai Usaha".
Adakan keberanian kita melakukan Entrepreneur Ala Abdurrahman bin ‘Auf...? Atau ala Jahiliya...? Jawaban ada pada diri kita masing-masing..! Wallahu'alam bissawab
Terima kasih atas komentar Anda. Sampaikan pendapat, ide dan gagasan Anda dengan baik dan sopan. Setiap komentar yang berisikan Porno, SARA dan Judi akan di SPAM!
Terima Kasih atas Perhatiannya.
EmoticonEmoticon