Keunduri blang merupakan satu dari puluhan kanduri yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Aceh. Keunduri blang disebut jugga dengan keunduri troen u blang atau jak u blang. Blang dalam bahasa Indonesia adalah Sawah.
Kenduri blang merupakan sebuah tradisi masyarakat Aceh yang akan memulai menanam padi. Dalam sebuah kitab yang mengupas tentang Adat dan Tradisi Aceh, disebutkan, bahwa asal usul kenduri blang atau khanduri blang sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Di Gampong Riseh Tunong Kecamatan Sawang Aceh Utara pelaksanaan khanduri blang dilaksanakan dengan memasak kuah beulagong manok (kuah belanga ayam) secara bersama-sama di daerah persawah. Sembari menunggu kuah manok masak, yang dipersiapkan oleh kaum ibu-ibu. Para kaum laki-laki melaksanakan baca yaasin sekali tamat seraya memanjatkan doa kepada Allah Swt, semoga tanaman padi warga dapat dizakatkan (trok zakeut).
Selain khaduri turun ke sawang, masyarakat Riseh Tunong juga masih melaksanakan khanduri gunong (khanduri jak u glee) dan khanduri-khanduri lainnya.
Lazimnya, sebelum kenduri blang dilaksanakan, masyarakat desa terlebih dahulu menggelar musyawarah di Meunasah untuk menyusun dan menyepakati tatacara turun ke sawah. Musyawarah dipimpin oleh keuchik/kepala desa bersama keujruen blang (orang yang dipertuakan atau diberi jabatan oleh warga untuk mengurus sektor pertanian).
Kemudian petua gampong (keuchik/kepala desa) membacakan petunjuk-petunjuk yang dibolehkan atau yang menjadi larangan (pantang jak u blang) kepada masyarakat yang hadir.
Salah satu pantangan jak u blang adalah dilarang melaksanakan aktivitas pada hari jumat, dilarang berselisih atau meudawa-meudawa di sawah, wanita yang sedang haid tidak dibenarkan turun kesawah, dilarang berbicara takabur, dan berkelahi.
Selain khaduri turun ke sawang, masyarakat Riseh Tunong juga masih melaksanakan khanduri gunong (khanduri jak u glee) dan khanduri-khanduri lainnya.
Seorang warga bercerita, "khanduri jak u blang jino hana saban lage khanduri blang zameun dilee, menyoe awai kuah beulagong pasti Manok gampong. "Jino ka meucampu-campu ngon manok potong". Hal ini, disebabkan karena kesediaan ayam kampung yang semakin langka, kalau stok ayam kampung ada pasti masyarakat akan memilih ayam kampung.
Terima kasih atas komentar Anda. Sampaikan pendapat, ide dan gagasan Anda dengan baik dan sopan. Setiap komentar yang berisikan Porno, SARA dan Judi akan di SPAM!
Terima Kasih atas Perhatiannya.
EmoticonEmoticon