GampongRT - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Sandjojo mengatakan, desa hakikatnya memberikan peluang sukses yang besar bagi pemuda Indonesia terutama sarjana. Hal tersebut bergantung pada kejelian dan keseriusan sarjana dalam membaca dan memanfaatkan potensi desa.
“Di desa-desa masih banyak yang belum beruntung, masih banyak yang belum mendapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi. Tapi mereka juga banyak yang sukses, sedangkan sarjana memiliki banyak kelebihan,” ujarnya di hadapan wisudawan Politeknik Negeri Jakarta, Depok, Sabtu (10/9).
Menteri Eko mencontohkan, beberapa transmigran di daerajh terpencil bahkan mampu meraih pendapatan hingga ratusan juta rupiah per tahun. Uniknya, sebagian besar di antara mereka bahkan tidak mengenyam perguruan tinggi.
“Beberapa waktu lalu saya memberikan penghargaan kepada transmigran teladan. Seorang transmigran tamatan SD di mana 3 tahun yang lalu hanya berprofesi sebagai tukang batu dengan penghasilan Rp10-20 ribu per hari. Dengan kejeliannya, sekarang ia mampu menghasilkan pendapatan Rp750 juta per tahun. Ini bahkan lebih dari gaji menteri,” ungkapnya.
Dalam hal ini Menteri Eko juga menepis anggapan yang menjadikan desa sebagai masalah. Justru menurutnya, keberadaan 74.754 desa di Indonesia selayaknya dianggap sebagai sebuah kesempatan besar untuk dikembangkan.
“Semua desa tidak sama, ada yang kaya, tertinggal, kurang penduduk, banyak penduduk, rawan konflik, dan rawan bencana. Memang banyak desa yang masih tertinggal, namun jangan melihat desa sebagai persoalan, tapi lihatlah bahwa desa memberikan Anda kesempatan besar untuk jadi orang sukses,” tegasnya.
Dalam kunjungan Menteri Eko di Politeknik Negeri Jakarta tersebut juga disepakati kerjasama (MoU) antara Politeknik Negeri Jakarta dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sebagai salah satu alumni kampus tersebut Menteri Eko juga mengajak peran aktif kampus dan alumni, untuk turut berperan aktif membangun negeri.
“Kerjasama bisa dilakukan melalui banyak hal, hal sederhana misalnya melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dalam program ini, mahasiswa bisa memberikan pendampingan di desa dalam waktu beberapa bulan. Misalnya pendampingan soal administrasi, karena masih banyak desa yang belum begitu menguasai administrasi,” ujarnya. [sumber: Kemendesa]
Ilustrasi |
“Di desa-desa masih banyak yang belum beruntung, masih banyak yang belum mendapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi. Tapi mereka juga banyak yang sukses, sedangkan sarjana memiliki banyak kelebihan,” ujarnya di hadapan wisudawan Politeknik Negeri Jakarta, Depok, Sabtu (10/9).
Menteri Eko mencontohkan, beberapa transmigran di daerajh terpencil bahkan mampu meraih pendapatan hingga ratusan juta rupiah per tahun. Uniknya, sebagian besar di antara mereka bahkan tidak mengenyam perguruan tinggi.
“Beberapa waktu lalu saya memberikan penghargaan kepada transmigran teladan. Seorang transmigran tamatan SD di mana 3 tahun yang lalu hanya berprofesi sebagai tukang batu dengan penghasilan Rp10-20 ribu per hari. Dengan kejeliannya, sekarang ia mampu menghasilkan pendapatan Rp750 juta per tahun. Ini bahkan lebih dari gaji menteri,” ungkapnya.
Dalam hal ini Menteri Eko juga menepis anggapan yang menjadikan desa sebagai masalah. Justru menurutnya, keberadaan 74.754 desa di Indonesia selayaknya dianggap sebagai sebuah kesempatan besar untuk dikembangkan.
“Semua desa tidak sama, ada yang kaya, tertinggal, kurang penduduk, banyak penduduk, rawan konflik, dan rawan bencana. Memang banyak desa yang masih tertinggal, namun jangan melihat desa sebagai persoalan, tapi lihatlah bahwa desa memberikan Anda kesempatan besar untuk jadi orang sukses,” tegasnya.
Dalam kunjungan Menteri Eko di Politeknik Negeri Jakarta tersebut juga disepakati kerjasama (MoU) antara Politeknik Negeri Jakarta dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sebagai salah satu alumni kampus tersebut Menteri Eko juga mengajak peran aktif kampus dan alumni, untuk turut berperan aktif membangun negeri.
“Kerjasama bisa dilakukan melalui banyak hal, hal sederhana misalnya melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dalam program ini, mahasiswa bisa memberikan pendampingan di desa dalam waktu beberapa bulan. Misalnya pendampingan soal administrasi, karena masih banyak desa yang belum begitu menguasai administrasi,” ujarnya. [sumber: Kemendesa]
Terima kasih atas komentar Anda. Sampaikan pendapat, ide dan gagasan Anda dengan baik dan sopan. Setiap komentar yang berisikan Porno, SARA dan Judi akan di SPAM!
Terima Kasih atas Perhatiannya.
EmoticonEmoticon