Info Sehat - Kanker merupakan penyakit mematikan yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Meski demikian, para akademisi dan peneliti tidak pernah berhenti berinovasi untuk menghasilkan penangkal penyakit tersebut.
Seperti yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Edy Meiyanto. Selama 13 tahun melakukan penelitian, dia menemukan jika analog kurkumin dalam kunyit berfungsi sebagai agen anti kanker kombinasi yang efektif.
Mengutip dari ciputraentrepreneurship.com. Penelitian yang dilakukan Edy bersama tim di Cancer Cemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM itu memanfaatkan tiga senyawa hasil pengembangan penelitian di Fakultas Farmasi UGM sebagai agen anti kanker. Senyawa kurkumin yang terkandung dalam kunyit dikombinasikan dengan Penta Gama Vunon-0 (PGV-0) dan Penta Gama Vunon-1 (PGV-1).
"Seperti diketahui kurkumin memiliki sifat sebagai agen anti-kanker. Sementara PGV-0 yang merupakan senyawa hasil modifikasi kurkumin bisa menghambat perkembangan sel kanker. Sedangkan PGV-1 memiliki potensi untuk memacu sinyal pertumbuhan sel," kata Edy, seperti dikutip dari situs resmi UGM.
Sebelumnya ketiga senyawa tersebut telah dikembangkan oleh para peneliti di Fakultas Farmasi UGM sebagai agen anti inflamasi yang terbukti efektif menekan peradangan. Dari penelitian yang dilakukan pada jaringan yang terkena kanker payudara positif HER-2 diketahui kombinasi ketiga senyawa tersebut mampu menekan pertumbuhan sel kanker hingga 80-95 persen.
“Dari uji coba in-vitro (skala laboratorium) hasilnya kombinasi ketiga senyawa tersebut efektif membunuh sel kanker. Di satu sisi senyawa potensial sebagai eksekutor kematian sel kanker, sementara di sisi lainnya senyawa yang lain memacu sinyal pertumbuhan,” paparnya.
Kini, Edy bersama peneliti di CCRC UGM tengah berupaya mengeksplorasi mekanisme agen anti kanker yang lebih pasti. Dilanjutkan dengan melakukan uji coba pada hewan. “Tak hanya itu, ke depan juga akan dilakukan eksplorasi terhadap penyebaran sel kanker ke jaringan lain,” imbuh Edy.
Atas inovasi tersebut, Edy terpilih sebagai pemenang pertama kategori peneliti terbaik dalam kompetisi Ristek-Kalbe Science Award (RSKA) di bidang life sciences dan teknologi bidang kesehatan. Dia berhasil menjadi jawara dengan menyisihkan 176 peneliti dari berbagai lembaga di Indonesia. (as)
Seperti yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Edy Meiyanto. Selama 13 tahun melakukan penelitian, dia menemukan jika analog kurkumin dalam kunyit berfungsi sebagai agen anti kanker kombinasi yang efektif.
Mengutip dari ciputraentrepreneurship.com. Penelitian yang dilakukan Edy bersama tim di Cancer Cemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM itu memanfaatkan tiga senyawa hasil pengembangan penelitian di Fakultas Farmasi UGM sebagai agen anti kanker. Senyawa kurkumin yang terkandung dalam kunyit dikombinasikan dengan Penta Gama Vunon-0 (PGV-0) dan Penta Gama Vunon-1 (PGV-1).
"Seperti diketahui kurkumin memiliki sifat sebagai agen anti-kanker. Sementara PGV-0 yang merupakan senyawa hasil modifikasi kurkumin bisa menghambat perkembangan sel kanker. Sedangkan PGV-1 memiliki potensi untuk memacu sinyal pertumbuhan sel," kata Edy, seperti dikutip dari situs resmi UGM.
Sebelumnya ketiga senyawa tersebut telah dikembangkan oleh para peneliti di Fakultas Farmasi UGM sebagai agen anti inflamasi yang terbukti efektif menekan peradangan. Dari penelitian yang dilakukan pada jaringan yang terkena kanker payudara positif HER-2 diketahui kombinasi ketiga senyawa tersebut mampu menekan pertumbuhan sel kanker hingga 80-95 persen.
“Dari uji coba in-vitro (skala laboratorium) hasilnya kombinasi ketiga senyawa tersebut efektif membunuh sel kanker. Di satu sisi senyawa potensial sebagai eksekutor kematian sel kanker, sementara di sisi lainnya senyawa yang lain memacu sinyal pertumbuhan,” paparnya.
Kini, Edy bersama peneliti di CCRC UGM tengah berupaya mengeksplorasi mekanisme agen anti kanker yang lebih pasti. Dilanjutkan dengan melakukan uji coba pada hewan. “Tak hanya itu, ke depan juga akan dilakukan eksplorasi terhadap penyebaran sel kanker ke jaringan lain,” imbuh Edy.
Atas inovasi tersebut, Edy terpilih sebagai pemenang pertama kategori peneliti terbaik dalam kompetisi Ristek-Kalbe Science Award (RSKA) di bidang life sciences dan teknologi bidang kesehatan. Dia berhasil menjadi jawara dengan menyisihkan 176 peneliti dari berbagai lembaga di Indonesia. (as)
Terima kasih atas komentar Anda. Sampaikan pendapat, ide dan gagasan Anda dengan baik dan sopan. Setiap komentar yang berisikan Porno, SARA dan Judi akan di SPAM!
Terima Kasih atas Perhatiannya.
EmoticonEmoticon